Category: HEALTH

pexels-photo-1715092

Kucing Sulit Membuka Mata? Waspada Corneal Ulcer pada Kucing

Pernahkah kamu melihat kucing kesayanganmu tampak kesulitan membuka mata, atau matanya tampak merah dan berair? Kalau iya, bisa jadi si pus sedang mengalami masalah yang cukup serius pada matanya. Salah satu kondisi mata yang sering dialami oleh kucing adalah corneal ulcer atau tukak kornea. Apa sih sebenarnya corneal ulcer itu? Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Apa Itu Corneal Ulcer?

Corneal ulcer adalah luka atau kerusakan pada kornea, yaitu lapisan bening di bagian depan mata yang berfungsi melindungi mata dan membantu fokus cahaya ke retina. Kornea bisa diibaratkan sebagai “jendela” mata, sehingga ketika kornea terluka, penglihatan si kucing bisa terganggu, bahkan bisa menyebabkan kebutaan jika tidak segera ditangani.

Kondisi ini bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari trauma fisik, infeksi, hingga penyakit tertentu. Misalnya, kucing yang sering menggaruk-garuk matanya karena iritasi bisa saja secara tidak sengaja melukai korneanya. Selain itu, infeksi bakteri, virus, atau jamur juga bisa menyebabkan corneal ulcer.

Gejala-Gejala Corneal Ulcer

Gimana sih tanda-tanda kalau kucingmu terkena corneal ulcer? Nah, ada beberapa gejala yang bisa kamu perhatikan:

  1. Mata Merah dan Berair: Salah satu gejala paling umum adalah mata kucing yang tampak merah, berair, atau bahkan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan atau kehijauan.
  2. Kelopak Mata Tertutup: Kucing akan lebih sering menutup matanya karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh luka pada kornea.
  3. Mata Keruh atau Ada Bercak: Jika kamu melihat ada bercak putih atau abu-abu di mata kucing, itu bisa jadi tanda adanya ulkus pada kornea. Kornea yang biasanya bening akan tampak keruh atau berubah warna ketika terluka.
  4. Kucing Terlihat Tidak Nyaman: Kucing mungkin akan menunjukkan perilaku tidak nyaman, seperti menggosok-gosokkan matanya ke benda-benda atau wajahnya pada tanganmu. Ini bisa menjadi indikasi bahwa matanya sedang dalam masalah.

Penyebab Corneal Ulcer

Lalu, apa saja sih yang bisa menyebabkan corneal ulcer pada kucing? Berikut beberapa penyebab umumnya:

  1. Trauma Fisik: Cedera pada mata, seperti cakaran, goresan, atau benda asing yang masuk ke mata kucing bisa merusak kornea dan menyebabkan ulkus.
  2. Infeksi: Infeksi bakteri, virus (seperti feline herpesvirus), atau jamur bisa menjadi penyebab utamanya. Infeksi ini dapat merusak jaringan kornea dan menyebabkan luka terbuka.
  3. Kekeringan pada Mata (Keratoconjunctivitis Sicca): Kondisi ini terjadi ketika produksi air mata berkurang, sehingga mata menjadi kering dan lebih rentan terhadap luka.
  4. Penyakit Lain: Beberapa penyakit sistemik atau kondisi medis tertentu, seperti diabetes, bisa melemahkan kemampuan penyembuhan tubuh dan memperbesar risiko terjadinya masalah mata ini.

Jika melihat gejala-gejala ini, segera menghubungi dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Dengan menghubungi call center Pet Care, dokter hewan terdekat dari lokasi anda akan datang untuk memberikan perawatan terbaik.

Pengobatan dan Perawatan

Jika kamu curiga kucingmu mengalami corneal ulcer, segera bawa ke dokter hewan. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah kondisi ini semakin parah.

Biasanya, dokter hewan akan melakukan pemeriksaan mata dengan menggunakan pewarna khusus untuk mendeteksi ulkus pada kornea. Setelah diagnosis dibuat, pengobatan bisa meliputi:

  1. Antibiotik atau Antiviral: Jika corneal ulcer disebabkan oleh infeksi, dokter hewan mungkin akan meresepkan antibiotik atau antiviral dalam bentuk tetes mata atau salep.
  2. Obat Pereda Nyeri: Untuk mengurangi rasa sakit, dokter mungkin akan memberikan obat pereda nyeri atau obat antiinflamasi.
  3. Pelindung Mata: Pada beberapa kasus, kucing mungkin perlu memakai pelindung mata (seperti cone collar) untuk mencegahnya menggaruk atau melukai matanya lebih lanjut.
  4. Operasi: Jika ulkus sudah parah atau tidak sembuh dengan pengobatan biasa, operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki kornea yang rusak.

Pencegahan Corneal Ulcer

Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan? Berikut beberapa tips untuk mencegah corneal ulcer pada kucingmu:

  1. Jaga Kebersihan: Pastikan lingkungan kucing selalu bersih untuk mencegah infeksi. Hindari benda-benda tajam atau kecil yang bisa melukai mata kucing.
  2. Perhatikan Kesehatan Mata: Rutin periksa kesehatan mata kucingmu. Jika ada tanda-tanda iritasi atau infeksi, segera konsultasikan dengan dokter hewan.
  3. Vaksinasi: Beberapa infeksi virus penyebab corneal ulcer bisa dicegah dengan vaksinasi rutin. Pastikan kucingmu mendapatkan vaksin sesuai jadwal.

Corneal ulcer adalah masalah serius yang bisa mengancam penglihatan kucing kesayanganmu. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan kesehatan matanya dan segera bertindak jika melihat ada gejala yang mencurigakan.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan  dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Jika adanya masalah pada mata kucing. Dengan perawatan yang tepat dan pencegahan yang baik, kamu bisa membantu si pus tetap sehat dan nyaman!

pexels-photo-1909802

Penyebab Tumor Mamae pada Anabul Karena Tidak Steril?

Hai para pecinta hewan! Kali ini kita bakal ngomongin sesuatu yang agak serius tapi penting banget buat kita semua yang punya anjing atau kucing di rumah yaitu tumor mamae. Tahu nggak sih tumor mamae ini bisa terjadi pada anjing dan kucing? Penanganannya bisa mempengaruhi kualitas hidup hewan kesayangan kita. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang tumor mamae pada anjing dan kucing!

Apa Itu Tumor Mamae?

Tumor mamae, atau yang lebih dikenal dengan istilah tumor payudara, adalah pertumbuhan abnormal pada kelenjar susu hewan peliharaan kita. Kelenjar susu ini, meski nggak sebanyak pada manusia, tetap ada dan bisa jadi tempat munculnya tumor. Tumor ini bisa bersifat jinak (non-kanker) atau ganas (kanker), dan kadang-kadang kita nggak sadar kalau hewan peliharaan kita mengalaminya karena gejalanya bisa muncul secara perlahan.

Gejala Tumor Mamae

Nah, bagaimana sih cara kita tahu kalau anjing atau kucing kita mungkin mengalami tumor mamae? Beberapa gejala yang perlu diperhatikan meliputi:

  1. Benjolan di Bagian Perut atau Payudara: Salah satu tanda paling umum adalah adanya benjolan di sekitar area payudara. Benjolan ini bisa terasa keras atau lunak, dan ukurannya bisa bervariasi.
  2. Perubahan pada Kulit: Kulit di sekitar benjolan bisa tampak merah, bengkak, atau bahkan mengelupas. Kadang-kadang ada juga luka yang nggak sembuh-sembuh.
  3. Perubahan Nafsu Makan atau Berat Badan: Meskipun ini bukan tanda langsung, hewan yang mengalami masalah kesehatan sering kali menunjukkan penurunan nafsu makan atau perubahan berat badan yang signifikan.
  4. Kesulitan Bergerak atau Nyeri: Jika tumor sudah cukup besar atau menekan bagian tubuh lainnya, hewan peliharaan kita mungkin menunjukkan tanda-tanda kesulitan bergerak atau nyeri.

Penyebab dan Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor mamae pada anjing dan kucing:

  1. Jenis Kelamin: Pada anjing betina, risiko tumor mamae jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jantan. Sementara itu, pada kucing, tumor ini bisa terjadi pada keduanya, tapi lebih sering pada kucing betina.
  2. Usia: Tumor mamae umumnya lebih sering muncul pada hewan peliharaan yang lebih tua. Namun, beberapa kasus juga bisa muncul pada usia muda.
  3. Kesehatan Reproduksi: Hewan peliharaan yang tidak pernah dioperasi steril (spayed/neutered) lebih berisiko terkena tumor mamae. Pada anjing dan kucing, sterilasi sebelum siklus pertama datang bisa menurunkan risiko terjadinya tumor ini.

Diagnosa dan Pengobatan

Jika kamu menemukan benjolan atau tanda-tanda lain yang mencurigakan pada hewan peliharaanmu, hal pertama yang harus dilakukan adalah bawa mereka ke dokter hewan. Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin akan merekomendasikan beberapa tes tambahan, seperti:

  1. Biopsi: Pengambilan sampel jaringan dari benjolan untuk diuji di laboratorium. Ini untuk menentukan apakah tumor bersifat jinak atau ganas.
  2. Pemeriksaan Radiologi: Seperti rontgen atau ultrasound, untuk mengetahui apakah tumor telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
  3. Tes Darah: Untuk mengecek kondisi umum kesehatan hewan peliharaanmu sebelum operasi atau pengobatan.

Pengobatan untuk tumor mamae tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis dan ukuran tumor, serta sejauh mana penyebarannya. Pilihan pengobatan bisa meliputi:

  1. Operasi: Jika tumor bisa dioperasi, dokter hewan biasanya akan merekomendasikan operasi untuk mengangkat tumor tersebut. Kadang-kadang, perlu dilakukan juga pengangkatan kelenjar susu yang terkena tumor.
  2. Kemoterapi atau Radiasi: Untuk tumor yang sudah ganas atau sudah menyebar, mungkin diperlukan kemoterapi atau terapi radiasi untuk membantu membunuh sel-sel kanker.
  3. Perawatan Paliatif: Untuk kasus yang sudah terlalu lanjut, perawatan lebih fokus pada kenyamanan hewan peliharaan dan mengurangi rasa sakit.

Pencegahan dan Perawatan

Cara terbaik untuk mencegah tumor mamae adalah dengan melakukan sterilasi pada usia dini, serta melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter hewan terdekat yang bisa dihubungi melalui call center Pet Care. Pet Care akan langsung mencarikan dokter hewan terdekat dari lokasi Anda.  

Mereka akan memberikan saran yang paling sesuai berdasarkan kondisi kucing dan memberikan rekomendasi yang tepat untuk jadwal sterilisasi.

Nah, itu dia informasi penting tentang tumor mamae pada anjing dan kucing. Selalu ingat untuk memantau kesehatan hewan peliharaanmu secara berkala dan segera konsultasikan ke dokter hewan jika ada tanda-tanda yang mencurigakan.

Dengan perhatian dan perawatan yang tepat, kita bisa membantu hewan kesayangan kita tetap sehat dan bahagia. Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika ada yang kurang jelas!

pexels-photo-1721222

Penyebab Kulit Anjing Merah dan Gatal

Halo, para pecinta anjing! Apakah kalian pernah melihat anjing kesayangan tiba-tiba menggaruk-garuk tubuhnya dengan heboh, atau mungkin kulit tampak merah?

Hmm, ini bisa jadi tanda ada sesuatu yang tidak beres dengan kulit si fur-baby kita. Kulit yang memerah pada anjing bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari alergi hingga infeksi. Mari kita bahas penyebabnya dan cara mengatasi masalah ini dengan bahasa yang santai dan mudah dipahami!

1. Alergi

Alergi adalah salah satu penyebab utama kulit anjing merah. Biasanya alergi pada anjing bisa dipicu oleh banyak hal, seperti makanan, lingkungan, atau produk perawatan yang digunakan. Jika anjing kita alergi terhadap sesuatu, tubuhnya akan bereaksi dengan cara mengeluarkan histamin yang menyebabkan gatal dan peradangan pada kulit.

Contohnya, makanan seperti gandum, ayam, atau produk susu bisa memicu reaksi alergi pada beberapa anjing. Atau, mungkin anjing kita alergi terhadap debu, serbuk sari, atau bahkan kutu yang bisa menyebabkan kulitnya memerah dan gatal.

2. Kutu dan Parasit

Kutu dan parasit lainnya, seperti tungau atau caplak, bisa menjadi penyebab utama kulit anjing merah. Mereka tidak hanya menyebabkan rasa gatal yang mengganggu, tapi juga bisa membawa infeksi yang memperburuk kondisi kulit. Jika kita melihat anjing sering menggaruk, menggigit, atau menjilat area tertentu di tubuhnya, ini bisa jadi tanda ada kutu atau parasit lainnya.

Kutu seringkali bersembunyi di tempat-tempat seperti belakang telinga, leher, atau bagian belakang tubuh anjing. Infeksi kutu bisa membuat kulit anjing iritasi, memerah, dan bahkan bisa menyebabkan kerontokan bulu.

3. Infeksi Kulit

Infeksi kulit juga bisa menyebabkan kulit anjing merah. Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri atau jamur, yang sering kali muncul ketika ada luka kecil atau goresan pada kulit anjing. Jika luka tersebut tidak segera diobati, bakteri atau jamur bisa berkembang biak dan menyebabkan infeksi.

Infeksi bakteri biasanya ditandai dengan adanya nanah atau bau tidak sedap, sedangkan infeksi jamur sering menyebabkan kulit terlihat merah, bersisik, dan gatal. Anjing dengan infeksi kulit biasanya akan merasa sangat tidak nyaman dan terus-menerus menggaruk atau menjilat area yang terkena.

4. Iritasi dari Produk Perawatan

Tidak semua produk perawatan cocok untuk semua anjing. Beberapa anjing mungkin memiliki kulit yang lebih sensitif terhadap produk tertentu, seperti sampo atau sabun. Jika kita baru saja mengganti produk perawatan dan melihat kulit anjing memerah atau mereka tampak tidak nyaman, ada kemungkinan produk tersebut menyebabkan iritasi.

Bahan kimia keras atau pewangi dalam produk perawatan bisa menjadi penyebab kulit anjing menjadi iritasi. Jadi, pastikan kita selalu menggunakan produk yang dirancang khusus untuk anjing, yang biasanya memiliki formula lebih lembut.

Cara Mengatasi Kulit Memerah pada Anjing

Setelah mengetahui beberapa penyebab kulit memerah pada anjing, langkah berikutnya adalah mencari cara untuk mengatasinya. Berikut beberapa tips yang bisa membantu:

  1. Ganti Makanan: Jika alergi makanan dicurigai sebagai penyebab, dokter hewan mungkin akan merekomendasikan diet eliminasi untuk mengidentifikasi alergen. Cobalah untuk memberikan makanan hypoallergenic yang lebih aman untuk anjing dengan alergi.
  2. Pengobatan Kutu dan Parasit: Jika kutu atau parasit lain adalah penyebabnya, dokter hewan akan meresepkan obat kutu atau pengobatan lainnya. Pastikan kita juga membersihkan lingkungan tempat tinggal anjing untuk menghilangkan kutu yang mungkin masih ada.
  3. Gunakan Produk Perawatan yang Lembut: Jika produk perawatan menyebabkan iritasi, beralihlah ke produk yang lebih lembut dan dirancang khusus untuk kulit sensitif. Kita juga bisa menggunakan sampo oatmeal atau sampo khusus untuk kulit sensitif yang bisa membantu menenangkan iritasi.
  4. Jaga Kebersihan dan Kelembapan Kulit: Mandikan anjing secara teratur dengan produk yang tepat, dan pastikan kulit mereka tetap kering dan bersih. Kelembapan berlebih bisa menyebabkan masalah kulit lainnya, seperti infeksi jamur.
  5. Konsultasikan dengan Dokter Hewan: Jika kita melihat kulit anjing memerah, langkah pertama adalah membawa mereka ke  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan. Dokter hewan bisa membantu menentukan penyebab pasti dan memberikan perawatan yang tepat.

Kulit memerah pada anjing bisa menjadi tanda ada masalah yang perlu segera diatasi. Dengan mengetahui penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya, kita bisa membantu anjing kita merasa lebih nyaman dan sehat. Ingat, selalu konsultasikan dengan dokter hewan untuk mendapatkan saran terbaik dan perawatan yang tepat. Jadi, jika anjing kita mulai menggaruk-garuk tak terkendali, yuk segera periksa dan berikan perawatan yang dibutuhkan!

pexels-photo-6235231

Bahaya Asites Cairan pada Perut Anjing

Hai, pecinta anjing! Pernahkah kamu mendengar istilah “asites” pada anjing? Asites, atau dikenal juga sebagai “cairan perut,” adalah kondisi medis di mana terdapat penumpukan cairan yang tidak normal di dalam rongga perut. Kondisi ini bisa terjadi pada anjing dari berbagai ras dan usia, jadi penting bagi kita untuk mengetahuinya lebih lanjut. Yuk, kita bahas asites pada anjing dengan bahasa santai dan mudah dipahami!

Apa Itu Asites?

Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut anjing yang membuat perutnya terlihat buncit. Ini bukan hanya masalah estetika, tapi juga bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius. Cairan ini bisa berupa serum, darah, atau getah bening, dan jumlahnya bisa bervariasi dari sedikit hingga sangat banyak. Jadi, kalau kamu melihat anjingmu tiba-tiba perutnya membesar, ini bisa jadi tanda adanya penyakit serius ini .

Gejala Asites pada Anjing

Gejala utamanya adalah perut yang terlihat buncit atau membesar. Namun, ada juga beberapa gejala lain yang perlu diperhatikan, seperti:

  1. Kesulitan bernapas: Cairan yang menumpuk bisa menekan diafragma dan paru-paru, membuat anjing sulit bernapas.
  2. Penurunan nafsu makan: Anjing yang mengalami asites mungkin akan merasa tidak nyaman atau mual, sehingga nafsu makannya menurun.
  3. Lemas dan lesu: Karena tubuh anjing harus bekerja lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan penumpukan cairan, mereka bisa terlihat lemas dan kurang energi.
  4. Penurunan berat badan: Meski perut terlihat membesar, anjing bisa kehilangan berat badan karena nafsu makan yang menurun dan kondisi kesehatan yang memburuk.

Penyebab Asites pada Anjing

Ada banyak penyebab yang bisa memicu asites pada anjing, beberapa di antaranya adalah:

  1. Penyakit hati: Salah satu penyebab utama asites adalah penyakit hati, seperti sirosis atau hepatitis. Hati yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penumpukan cairan di perut.
  2. Penyakit jantung: Masalah jantung, seperti gagal jantung kongestif, bisa menyebabkan penumpukan cairan di berbagai bagian tubuh, termasuk perut.
  3. Kanker: Beberapa jenis kanker, terutama yang melibatkan organ perut, dapat menyebabkan asites.
  4. Infeksi: Infeksi bakteri atau parasit tertentu juga bisa menyebabkan penumpukan cairan di perut.
  5. Gangguan ginjal: Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penumpukan cairan di tubuh, termasuk di rongga perut.

Diagnosis dan Pengobatan

Jika mencurigai anjingmu mengalami asites, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membawanya ke dokter hewan. Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin akan melakukan beberapa tes, seperti ultrasonografi atau tes darah, untuk mengetahui penyebab pastinya.

Pengobatan asites tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa langkah yang mungkin diambil termasuk:

  1. Pemberian obat: Dokter hewan mungkin akan memberikan obat untuk mengurangi penumpukan cairan, seperti diuretik.
  2. Prosedur penarikan cairan: Jika jumlah cairan terlalu banyak dan menyebabkan ketidaknyamanan, dokter mungkin akan melakukan prosedur untuk mengeluarkan cairan tersebut.
  3. Pengobatan penyakit yang mendasarinya: Jika asites disebabkan oleh penyakit hati, jantung, atau kanker, pengobatan akan difokuskan pada kondisi tersebut.

Perawatan dan Pencegahan

Setelah diagnosis dan pengobatan, penting untuk memberikan perawatan lanjutan pada anjing yang mengalami asites. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Pola makan sehat: Berikan makanan yang rendah garam dan kaya akan nutrisi untuk membantu menjaga kesehatan anjing.
  2. Kunjungan rutin ke dokter hewan: Pantau kesehatan anjing secara rutin untuk memastikan bahwa kondisi mereka tidak memburuk.
  3. Hindari faktor risiko: Jika anjingmu memiliki risiko tertentu, seperti masalah jantung atau hati, pastikan untuk mengelola faktor risiko tersebut dengan baik.

Asites pada anjing memang bisa menjadi kondisi yang mengkhawatirkan, namun dengan penanganan yang tepat dan cepat, kondisi ini bisa diatasi. Jika kamu melihat tanda-tanda asites pada anjing kesayanganmu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki.

Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami. Dengan perawatan yang baik, anjingmu bisa kembali sehat dan ceria seperti sedia kala!

pexels-photo-27176294

Scabies pada Anjing: Apa yang Perlu Kamu Tahu

Hai teman-teman pecinta anjing! Kali ini kita akan bahas tentang salah satu masalah kesehatan yang sering menyerang sahabat berbulu kita, yaitu scabies. Jangan panik dulu, karena kita akan bahas secara santai dan mudah dimengerti.

Apa Itu Scabies pada Anjing?

Scabies, atau yang sering disebut kudis, adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei. Tungau ini super kecil, sampai-sampai kamu butuh mikroskop buat melihatnya. Tapi, meskipun kecil, dampaknya bisa bikin anjing kesayanganmu merasa sangat tidak nyaman.

Gejala Scabies pada Anjing

Tanda-tanda scabies biasanya mulai muncul sekitar 2-6 minggu setelah anjing terkena infeksi. Beberapa gejala yang bisa kamu perhatikan antara lain:

  1. Gatal yang Parah: Ini gejala yang paling jelas. Anjing yang terkena scabies akan terus menerus menggaruk, menggigit, atau menjilat tubuhnya. Gatalnya bukan main, bisa sampai bikin mereka susah tidur.
  2. Kemerahan dan Ruam: Kulit anjing akan tampak merah dan bisa muncul ruam kecil-kecil. Biasanya muncul di area yang sering digaruk.
  3. Kerontokan Bulu: Karena sering digaruk, bulu anjing bisa rontok, terutama di area yang terkena infeksi.
  4. Kulit Bersisik atau Berkerak: Kulit bisa jadi kering dan bersisik, bahkan terkadang berkerak.
  5. Luka dan Infeksi Sekunder: Karena garukan yang terus-menerus, kulit bisa terluka dan rentan terhadap infeksi bakteri.

Bagaimana Anjing Bisa Terkena Scabies?

Anjing bisa terkena scabies melalui kontak langsung dengan anjing lain yang sudah terinfeksi. Tungau scabies sangat menular, jadi kalau anjingmu sering bermain dengan anjing lain di taman atau penitipan anjing, risiko terkena scabies lebih tinggi. Selain itu, anjing juga bisa terkena scabies dari lingkungan yang sudah terkontaminasi tungau, seperti tempat tidur, selimut, atau mainan.

Mengatasi Scabies pada Anjing

Kalau kamu curiga anjingmu terkena scabies, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membawanya ke dokter hewan. Jangan coba-coba mengobati sendiri tanpa konsultasi ya, karena bisa jadi kondisi anjingmu malah makin parah.

Biasanya, dokter hewan akan memberikan beberapa jenis pengobatan, seperti:

  1. Obat Topikal: Obat ini dioleskan langsung ke kulit anjing yang terkena. Biasanya berupa salep atau krim anti-tungau.
  2. Obat Oral: Kadang dokter akan meresepkan obat minum untuk membasmi tungau dari dalam tubuh anjing.
  3. Suntikan: Ada juga obat yang diberikan melalui suntikan untuk mengatasi infeksi scabies.
  4. Shampo Medis: Dokter mungkin akan menyarankan untuk memandikan anjing dengan shampo khusus yang bisa membunuh tungau.

Selain pengobatan medis, kamu juga perlu menjaga kebersihan lingkungan sekitar anjing. Cuci semua barang-barang yang sering bersentuhan dengan anjing, seperti tempat tidur, selimut, dan mainan, dengan air panas. Bersihkan dan disinfeksi area tempat anjing sering bermain atau beristirahat.

Pencegahan Scabies

Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Berikut beberapa tips untuk mencegah anjingmu terkena scabies:

  1. Hindari Kontak dengan Anjing Terinfeksi: Jika kamu tahu ada anjing yang sedang terkena scabies, hindari kontak langsung dengan anjingmu.
  2. Jaga Kebersihan: Pastikan lingkungan tempat anjingmu tinggal selalu bersih. Cuci tempat tidur, selimut, dan mainan secara rutin.
  3. Periksa Rutin: Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan, terutama jika anjingmu sering berinteraksi dengan banyak anjing lain.
  4. Vaksinasi dan Pengobatan Pencegahan: Tanyakan kepada dokter hewan tentang vaksinasi atau pengobatan pencegahan yang bisa diberikan kepada anjingmu untuk menghindari scabies.

Scabies memang bisa bikin anjing kesayanganmu merasa tidak nyaman, tapi dengan penanganan yang tepat, infeksi ini bisa diatasi dengan baik. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter hewan jika kamu melihat tanda-tanda scabies pada anjingmu. Dan yang paling penting, jaga kebersihan dan kesehatan anjingmu agar mereka selalu bahagia dan sehat.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki jika mengalami scabies. Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

pexels-tdcat-97863

Jangan Sepelekan Batuk Kennel pada Anjing

Anjing terus batuk hingga hidung berair? Waspada, ini merupakan gejala batuk kennel. 

Meskipun terkesan ringan, batuk ini dapat menimbulkan komplikasi serius pada anjing, terutama pada anak anjing, anjing tua, dan anjing dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Oleh karena itu, penting bagi para pemilik anjing untuk memahami seluk-beluk penyakit ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Jangan khawatir, artikel ini akan mengupas tuntas tentang batuk kennel, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya.

Semoga informasi ini bisa membantu para pemilik anjing untuk menjaga kesehatan hewan kesayangan mereka dan mencegah penyebaran penyakit ini. 

Yuk, kita pelajari bersama!

Apa itu Batuk Kennel?

Batuk kennel, bagaikan hantu tak kasat mata yang mengintai di balik keceriaan anjing saat bermain di taman. Penyakit pernapasan menular ini mudah menyebar dan dapat menyerang anjing dari segala usia, ras, dan latar belakang.

Batuk kennel, atau dikenal juga sebagai tracheobronchitis infeksius atau batuk kandang. Penyakit pernapasan pada anjing ini umumnya menular. Penyakit ini mirip dengan flu pada manusia dan sering kali tersebar di tempat-tempat di mana anjing berkumpul, seperti kandang anjing, pusat pelatihan, atau tempat penampungan hewan. Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai infeksi pernapasan, mulai dari gejala, penyebab, hingga penanganannya.

Penyebab Batuk Kennel

Batuk kennel biasanya disebabkan oleh kombinasi infeksi virus dan bakteri. Penyebab umum meliputi:

  1. Bordetella bronchiseptica: Bakteri ini adalah penyebab utamanya. Sering kali, infeksi Bordetella disertai dengan infeksi virus lain.
  2. Virus Parainfluenza: Virus ini sering ditemukan bersama dengan Bordetella dan dapat memperparah gejala.
  3. Adenovirus Tipe 2: Virus lain yang dapat menyebabkan batuk kennel dan sering menyerang saluran pernapasan bagian atas anjing.

Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebar melalui udara atau kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi. Anjing juga bisa terinfeksi melalui permukaan yang terkontaminasi, seperti mangkuk makanan, kandang, atau mainan.

Gejala Batuk Kennel

Gejalanya biasanya muncul dalam 2-10 hari setelah anjing terpapar infeksi. Gejala utama adalah batuk kering dan keras, yang sering digambarkan seperti suara “klakson”. Gejala lainnya dapat meliputi:

  1. Batuk yang persisten: Biasanya semakin parah setelah aktivitas fisik atau ketika anjing menarik tali leher.
  2. Muntah atau tersedak: Terkadang batuk yang keras bisa menyebabkan anjing muntah atau tersedak.
  3. Keluarnya lendir: Beberapa anjing akan mengalami keluarnya lendir dari hidung.
  4. Demam ringan: Pada beberapa kasus, anjing akan mengalami demam ringan.
  5. Lesu: Anjing yang terinfeksi akan terlihat lesu dan kurang berenergi.

Cara Mengatasi Batuk Kennel

Penanganan batuk kennel tergantung pada tingkat keparahan gejala. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Istirahat dan Isolasi: Anjing yang terinfeksi sebaiknya diisolasi dari anjing lain untuk mencegah penyebaran. Pastikan anjing mendapat cukup istirahat.
  2. Penggunaan Humidifier: Udara yang lembab bisa membantu meredakan iritasi di saluran pernapasan.
  3. Obat-obatan: Dokter hewan mungkin meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi bakteri, serta obat batuk atau antiinflamasi untuk meredakan gejala.
  4. Hindari Aktivitas Berat: Batasi aktivitas fisik yang berat untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada saluran pernapasan.

Pencegahan Batuk Kennel

  1. Vaksinasi Rutin: Mencegah lebih baik daripada mengobati. Vaksinasi terhadap Bordetella dan virus parainfluenza dapat mengurangi risiko terinfeksi. Pastikan anjing mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh dokter hewan. 

Sekarang vaksin anjing dan kucing bisa dilakukan di rumah, lho. Pet Care menyediakan layanan vaksinasi yang siap datang ke rumah. Tenaga medis dari Pet Care bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Dijamin vaksinasi mudah, cepat dan tidak repot.

  1. Hindari Kontak dengan Anjing yang Terinfeksi: Jika Anda tahu ada anjing yang terinfeksi, hindari kontak untuk sementara waktu.
  2. Kebersihan Lingkungan: Bersihkan dan desinfeksi lingkungan tempat tinggal anjing secara rutin, termasuk mangkuk makanan, mainan, dan tempat tidur.
  3. Pemantauan Kesehatan: Pantau kesehatan anjing secara rutin dan segera konsultasikan dengan dokter hewan jika ada gejala yang mencurigakan. 

Kapan Harus Membawa Anjing ke Dokter Hewan?

Sebaiknya bawa anjing ke dokter hewan jika ia menunjukkan gejala batuk kennel, terutama jika gejalanya parah atau tidak membaik dalam beberapa minggu. Dokter hewan akan dapat mendiagnosis batuk kennel dan merekomendasikan pengobatan yang tepat.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki. Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Expectant Family in living room

Mitos atau Fakta Bulu Kucing Berbahaya Bagi Ibu Hamil?

Apakah bulu kucing berbahaya bagi ibu hamil dan dapat menyebabkan kekguguran?

Memelihara kucing saat hamil merupakan hal yang menyenangkan bagi banyak orang. Tingkah lucu dan menggemaskan kucing dapat membantu mengurangi stres dan memberikan kenyamanan selama masa kehamilan.

Namun, di sisi lain, terdapat pula kekhawatiran tentang bahaya bulu kucing bagi ibu hamil dan janin. Berita seputar bulu kucing yang berbahaya bagi ibu hamil sering kali membuat para calon ibu khawatir dan mempertimbangkan kembali keputusan untuk memelihara kucing selama masa kehamilan.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui fakta yang sebenarnya agar dapat mengambil langkah yang tepat. Yuk, kita cari tahu bersama-sama.

Mitos Bulu Kucing Berbahaya Bagi Ibu Hamil

Memelihara kucing bisa memberikan manfaat emosional dan psikologis bagi ibu hamil. Kucing dapat menjadi sumber kenyamanan dan mengurangi stres, yang penting selama masa kehamilan. Sentuhan lembut dan kehadiran hewan peliharaan juga dapat memberikan rasa tenang dan mendukung kesehatan mental.

Mitos bahwa bulu kucing berbahaya bagi ibu hamil kemungkinan besar berasal dari kekhawatiran mengenai toxoplasmosis, sebuah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan dalam tinja kucing yang terinfeksi dan bisa berbahaya bagi ibu hamil serta janinnya. Infeksi toxoplasmosis dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau kelainan pada bayi. 

Meski kucing bisa menjadi pembawa parasit Toxoplasma gondii, infeksi toxoplasmosis lebih sering terjadi melalui konsumsi daging mentah atau setengah matang, sayuran yang tidak dicuci bersih, atau air yang terkontaminasi. Kontak langsung dengan tinja kucing yang terinfeksi adalah salah satu cara penularan, namun risiko ini dapat diminimalisir dengan menjaga kebersihan.

Parasit Toxoplasma gondii tidak hidup pada bulu kucing. Risiko tertular toxoplasmosis melalui bulu kucing sangatlah rendah. Kontak langsung dengan bulu kucing yang bersih tidak akan menyebabkan infeksi.

Apa itu Toxoplasma gondii?

Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang dapat menginfeksi berbagai hewan, termasuk kucing dan manusia. Infeksi Toxoplasma gondii pada kucing dikenal sebagai toksoplasmosis. Parasit ini umumnya tidak berbahaya bagi kucing yang sehat, tetapi dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu hamil dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Kucing biasanya tertular Toxoplasma gondii dengan dua cara:

  1. Memakan mangsa yang terinfeksi: Kucing yang berburu dan memakan hewan seperti tikus, burung, dan unggas liar berisiko tinggi terinfeksi Toxoplasma gondii. Hewan-hewan ini dapat menjadi inang perantara parasit dan mengandung kista yang mengandung Toxoplasma gondii.
  2. Menelan ookista dari kotoran kucing yang terinfeksi: Kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii mengeluarkan ookista, yaitu bentuk kista parasit yang tahan lama, dalam kotorannya. Ookista ini dapat bertahan hidup di lingkungan selama berbulan-bulan dan menular ke kucing lain atau manusia yang menelannya.

Kebanyakan kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, pada beberapa kasus, terutama pada anak kucing dan kucing dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Gejala Toxoplasma gondii meliputi, Demam, Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, batuk, kesulitan bernafas, kejang, dan lumpuh.

Pencegahan Toxoplasma pada Ibu Hamil dan Kucing

Ibu hamil tetap bisa memelihara kucing dengan beberapa tindakan pencegahan sederhana:

  • Menghindari membersihkan kotak kotoran kucing. Mintalah orang lain untuk membersihkan kotak pasir kucing atau kenakan sarung tangan dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah membersihkannya. Jika tidak bisa dihindari, gunakan sarung tangan dan cuci tangan dengan bersih setelahnya.
  • Memastikan kucing peliharaan tetap berada di dalam rumah dan tidak berburu atau makan daging mentah. Masak semua daging sampai matang sepenuhnya untuk membunuh parasit Toxoplasma gondii.
  • Memelihara kebersihan rumah dan menjaga agar kucing tetap bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah berkebun, menyentuh tanah, atau kontak dengan hewan. Hindari kontak dengan kucing liar, karena mereka berisiko tinggi terinfeksi Toxoplasma gondii.

Mitos bahwa bulu kucing berbahaya bagi ibu hamil lebih didasarkan pada ketakutan yang kurang informasi tentang toxoplasmosis. Fakta menunjukkan bahwa risiko tertular toxoplasmosis dari bulu kucing sangat rendah. Dengan menjaga kebersihan dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang tepat, ibu hamil dapat tetap memelihara kucing tanpa rasa khawatir.

Jika ada kekhawatiran atau pertanyaan lebih lanjut, konsultasi dengan dokter hewan terdekat melalui call center Pet Care. Layanan ini akan membantu Anda menemukan dokter hewan terdekat dari lokasi. 

Agar kucing selalu bersih dan terjaga dari Toxoplasma gondii, berikan perawatan grooming yang rutin untuk menghindari kucing terinfeksi virus. Kini  Pet Care menyediakan layanan Grooming Kucing dan anjing Terdekat. Pesan sekarang melalui layanan Pet Care

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

pexels-mikhail-nilov-7469274

Waspadai Penyakit Menular pada Anjing Kesayangan

Penyakit menular pada anjing adalah momok bagi setiap pemilik. Dibaiik tingkah menggemaskan dan kelucuannya, anjing rentan terhadap penyakit. Beberapa penyakit juga dapat menular baik ke sesama anjing maupun manusia. 

Agar tidak menulari atau tertular penyakit, yuk kita pelajari berbagai penyakit menular yang harus diwaspadai. 

1. Parvovirus

Parvovirus, atau biasa disebut Parvo, adalah penyakit virus yang sangat menular dan menyerang sistem pencernaan anjing. Penyakit ini sangat berbahaya, terutama bagi anak anjing dan anjing yang belum divaksinasi, dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati dengan segera.

Parvovirus disebabkan oleh virus Canine Parvovirus (CPV) yang sangat tahan terhadap lingkungan. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan feses, muntah, atau air liur anjing yang terinfeksi, serta melalui benda-benda yang terkontaminasi virus.

Gejala:

Gejala Parvo biasanya muncul 3-7 hari setelah anjing terinfeksi. Gejalanya meliputi:

  • Demam tinggi
  • Lemah dan lesu
  • Kehilangan nafsu makan
  • Diare berdarah dan berbau busuk
  • Muntah
  • Dehidrasi
  • Nyeri perut

2. Distemper

Distemper, yang juga dikenal sebagai Canine Distemper Virus (CDV), adalah penyakit yang sangat menular dan mematikan pada anjing. Penyakit ini menyerang berbagai sistem organ, termasuk sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf, dan dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian.

Distemper disebabkan oleh virus paramyxovirus yang ditularkan melalui kontak langsung dengan air liur, urine, atau feses anjing yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi melalui ciuman atau kontak hidung, berbagi makanan atau minuman, kontak dengan benda yang terkontaminasi.

Gejala:

Gejala distemper biasanya muncul dalam waktu 3-7 hari setelah terpapar virus. Gejalanya bisa bervariasi tergantung pada anjing dan organ yang terkena, namun beberapa gejala umum meliputi:

  • Demam tinggi
  • Batuk dan pilek
  • Peradangan selaput mata 
  • Diare dan muntah
  • Penurunan nafsu makan
  • Kelelahan dan kelesuan
  • Gejala neurologis

3. Rabies

Rabies, atau yang dikenal dengan penyakit anjing gila, adalah penyakit virus mematikan yang menyerang sistem saraf pusat mamalia, termasuk manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak diobati segera.

Penyebab rabies adalah virus rabies (Lyssavirus) yang terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan yang paling sering menularkan rabies adalah anjing, namun kelelawar, kera, dan rubah juga bisa menjadi pembawa virus.

Penularan rabies terjadi ketika virus rabies dari air liur hewan yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan lainnya melalui luka gigitan atau cakaran. Virus ini kemudian bergerak melalui sistem saraf menuju otak, di mana virus ini akan menyerang dan merusak sel-sel otak.

Gejala:

Gejala rabies pada hewan dan manusia umumnya muncul 2-3 minggu setelah terpapar virus, namun bisa juga lebih lama, hingga bertahun-tahun. Berikut gejala awal rabies pada hewan dan manusia dapat meliputi:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Kehilangan nafsu makan
  • Gelisah dan mudah marah
  • Kesemutan dan mati rasa di sekitar luka gigitan atau cakaran

Gejala rabies kemudian akan berkembang menjadi:

  • Hidrofobia (takut air): Penderita rabies akan mengalami ketakutan dan kejang saat melihat atau mendengar air.
  • Aerofobia (takut angin): Penderita rabies akan mengalami ketakutan dan kejang saat merasakan angin.
  • Kelumpuhan: Kelumpuhan akan dimulai dari area di sekitar luka gigitan atau cakaran dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
  • Halusinasi dan delusi
  • Perilaku agresif: Penderita rabies akan menjadi sangat agresif dan mudah menyerang orang lain.
  • Kematian: Rabies hampir selalu berakibat fatal jika tidak diobati segera.

4. Batuk Kennel  

Batuk Kennel, juga dikenal sebagai trakeobronkitis anjing infeksius, adalah penyakit pernapasan yang sangat menular pada anjing. Penyakit ini paling sering menyerang anjing yang berada di tempat-tempat ramai seperti kandang, penitipan anjing, dan pameran anjing.

Batuk Kennel disebabkan oleh kombinasi virus dan bakteri, dengan Bordetella bronchiseptica sebagai penyebab paling umum. Bakteri ini menyerang trakea dan bronkus, menyebabkan peradangan dan infeksi.

Batuk Kennel sangat menular dan dapat menyebar melalui kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi, atau melalui droplet pernapasan yang dilepaskan saat batuk atau bersin. Virus dan bakteri juga dapat bertahan hidup di lingkungan selama beberapa jam, dan dapat menular melalui benda yang terkontaminasi.

Gejala:

Gejala Batuk Kennel yang paling umum adalah batuk kering dan kuat, yang mungkin terdengar seperti suara “klakson”. Berikut gejala lain bisa termasuk:

  • Bersin
  • Hidung berair
  • Mata berair
  • Demam
  • Hilang nafsu makan
  • Letargia

5. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini dapat menular ke manusia dan hewan lain, termasuk anjing. Leptospirosis paling sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis, dan lebih sering terjadi pada musim hujan.

Bakteri Leptospira dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan urin atau darah hewan yang terinfeksi, Mengkonsumsi makanan terkontaminasi, gigitan atau cakaran hewan terinfeksi. Tikus adalah salah satu pembawa utama Leptospirosis. Jaga kebersihan kandang, tempat makan dan minum, serta lingkungan anjing.

Gejala:

Gejala Leptospirosis pada anjing dapat bervariasi, dan beberapa anjing mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala yang umum termasuk:

  • Demam: Demam tinggi adalah salah satu gejala paling umum dari Leptospirosis.
  • Kelemahan: Anjing mungkin terlihat lemas, lesu, dan tidak mau beraktivitas.
  • Nyeri otot: Anjing mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri otot, seperti kesulitan berjalan atau menaiki tangga.
  • Muntah dan diare: Leptospirosis dapat menyebabkan muntah dan diare, yang dapat menyebabkan dehidrasi.
  • Gagal ginjal: Dalam kasus yang parah, Leptospirosis dapat menyebabkan gagal ginjal, yang dapat berakibat fatal

6. Hepatitis 

Hepatitis pada anjing adalah peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti virus, bakteri, parasit, obat-obatan, dan toksin. Hati merupakan organ vital yang berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme, detoksifikasi, dan produksi protein. Ketika hati mengalami peradangan, fungsinya dapat terganggu dan berakibat serius bagi kesehatan anjing.

Hepatitis virus pada anjing adalah salah satu penyebab paling umum, dengan Canine Adenovirus Type 1 (CAV-1) sebagai penyebab utama. Virus ini sangat menular dan dapat menyerang anjing di segala usia, namun lebih sering terjadi pada anak anjing dan anjing muda.

Beberapa jenis bakteri, seperti Leptospira dan Salmonella, juga dapat menyebabkan hepatitis pada anjing. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.

Gejala 

Gejala hepatitis pada anjing dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakitnya. Berikut beberapa gejala yang umum terjadi:

  • Demam
  • Lethargy
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Muntah
  • Diare
  • Nyeri perut
  • Ikterus (penyakit kuning)
  • Urine berwarna gelap
  • Feses berwarna pucat
  • Pembesaran perut

Penyakit menular pada anjing sangat berbahaya dan bahkan mematikan jika tidak ditangani dengan baik. Pencegahan melalui vaksinasi dan menjaga kebersihan adalah langkah utama yang bisa diambil pemilik anjing untuk melindungi hewan peliharaan mereka. 

Jika Anda tidak ingin anjing terkena penyakit menular, lakukan vaksinasi secara rutin. Pet Care menyediakan layanan vaksinasi yang siap datang ke rumah. Tenaga medis dari Pet Care bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Sekarang vaksinasi bisa dilakukan dimana saja tanpa ribet.

Setelah vaksin jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan dokter hewan terdekat melalui layanan call center Pet Care. Dokter hewan terdekat dari lokasi Anda akan langsung datang ke rumah. 

Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Cat in Litter Box

Kucing Susah Buang Air Besar? Yuk Atasi Dengan Mudah

Kucing susah buang air besar atau sembelit adalah masalah umum yang sering membuat pemilik kucing khawatir. Kondisi ini bisa menyebabkan kucing merasa tidak nyaman dan bahkan sakit jika tidak segera diatasi. 

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan penting untuk segera diatasi agar tidak menimbulkan komplikasi kesehatan yang serius. Bagi pemilik yang merasa kebingungan mengatasi hal ini? Yuk, simak artikel ini!

Penyebab Kucing Susah Buang Air Besar

Kucing susah buang air besar, atau sembelit, bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti dehidrasi, kekurangan serat, gumpalan rambut, perubahan pola makan, stres, penyakit pencernaan, obat-obatan, dan penyebab lain seperti obesitas, penyumbatan usus, dan tumor.

Penting untuk mengamati gejala seperti frekuensi BAB, tekstur feses, nafsu makan, dan tanda-tanda nyeri perut. Ada berbagai penyebab yang dapat membuat kucing mengalami kesulitan buang air besar, termasuk:

  • Dehidrasi: Kurangnya asupan air dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
  • Diet yang Tidak Tepat: Makanan yang rendah serat atau perubahan mendadak dalam diet kucing bisa menjadi pemicu sembelit.
  • Bola Rambut: Kucing yang sering menjilat bulu mereka bisa menelan banyak rambut yang kemudian membentuk bola rambut di dalam perut, menghambat pencernaan.
  • Kurangnya Aktivitas Fisik: Kucing yang kurang bergerak cenderung mengalami masalah pencernaan, termasuk sembelit.
  • Penyakit Medis: Beberapa kondisi medis seperti masalah tulang belakang, gangguan tiroid, atau penyakit ginjal juga dapat menyebabkan sembelit.

Gejala Kucing Susah Buang Air Besar

Gejala utama kucing susah buang air besar (sembelit) adalah kurangnya frekuensi buang air besar. Kucing yang sembelit biasanya buang air besar lebih jarang dari biasanya, bahkan mungkin tidak buang air besar selama beberapa hari. Selain itu, kucing yang sembelit mungkin mengejan keras saat mencoba buang air besar, namun hanya mengeluarkan sedikit feses. Fesesnya pun biasanya keras, kering, dan kecil.

Kucing yang sembelit juga bisa kehilangan nafsu makan dan terlihat lemas. Dalam beberapa kasus, kucing yang sembelit mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri perut, seperti mengeong kesakitan saat disentuh di perut.

Mengidentifikasi gejala sembelit pada kucing sangat penting agar bisa segera diambil tindakan. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Mencoba Buang Air Besar Sering Tanpa Hasil: Kucing terlihat sering berada di kotak pasir, tetapi tidak menghasilkan feses.  Kucing mungkin mengejan keras saat mencoba buang air besar, namun hanya mengeluarkan sedikit feses. Kucing yang sembelit, biasanya buang air besar lebih jarang dari biasanya. 
  • Tinja Kecil dan Keras: Jika ada feses, biasanya berbentuk kecil, keras, dan kering. Feses kucing yang sembelit biasanya keras, kering, dan kecil.
  • Kehilangan Nafsu Makan: Kucing mungkin menjadi kurang berminat pada makanan.
  • Lesu: Kucing tampak lesu dan kurang berenergi.
  • Perut Kembung: Kucing yang sembelit mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri perut, seperti mengeong kesakitan saat disentuh di perut. 

Solusi Cepat Mengatasi Kucing Susah Buang Air Besar

Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu kucing yang mengalami sembelit:

  • Meningkatkan Asupan Air: Pastikan kucing minum cukup air. Tambahkan air ke dalam makanan kucing atau menyediakan air mancur khusus kucing untuk mendorong mereka minum lebih banyak.
  • Mengubah Pola Makan: Berikan makanan yang mengandung lebih banyak serat. Selain itu, bisa menambahkan sedikit labu kalengan (tanpa bumbu) ke dalam makanan mereka.
  • Olahraga Rutin: Ajak kucing bermain secara rutin untuk meningkatkan aktivitas fisik mereka.
  • Penggunaan Pencahar atau Suplemen: Dengan persetujuan dokter hewan, pemilik bisa memberikan pencahar atau suplemen serat untuk membantu melancarkan pencernaan.
  • Menyikat Bulu Secara Rutin: Untuk mengurangi jumlah rambut yang tertelan, sikat bulu kucing secara rutin, terutama bagi kucing berbulu panjang.

Kapan Harus Menghubungi Dokter Hewan

Sembelit pada kucing adalah masalah yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan serius jika tidak ditangani dengan tepat. Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan hasil atau menunjukkan tanda-tanda sakit parah seperti muntah, perut sangat kembung, atau tidak buang air besar sama sekali selama beberapa hari, segera hubungi  dokter hewan terdekat dengan menghubungi layanan call center Pet care. 

Layanan home visit ini memberikan kenyaman bagi pemilik dan hewan kesayangan ketika ingin berkonsultasi atau perawatan di rumah saja. Penanganan medis yang tepat dapat membantu mengatasi sembelit.

Jadi, jangan ragu hubungi kami untuk perawatan kucing dan anjing dari rumah..