Jenis-Jenis Anjing Kecil yang Menggemaskan untuk Dipelihara

Anjing kecil selalu menjadi pilihan favorit banyak orang untuk dijadikan teman setia di rumah. Ukurannya yang mungil, wajah yang imut, serta kepribadiannya yang penuh kasih sayang membuat mereka sangat cocok untuk dijadikan peliharaan, terutama bagi mereka yang tinggal di apartemen atau rumah dengan ruang terbatas. Yuk, kita kenali beberapa jenis ras anjing kecil yang bisa jadi pilihan kamu!

1. Chihuahua

Chihuahua adalah salah satu jenis anjing terkecil di dunia. Meskipun kecil, anjing ini memiliki kepribadian yang besar. Chihuahua dikenal sangat berani dan sering kali tidak menyadari ukurannya yang mungil, mereka bisa saja menantang anjing yang jauh lebih besar. Selain itu, Chihuahua sangat loyal dan protektif terhadap pemiliknya. Mereka juga suka berpelukan dan menjadi anjing pangkuan yang sempurna.

2. Pomeranian

Pomeranian memiliki bulu tebal dan wajah yang mirip dengan rubah, membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Anjing ini sangat enerjik dan cerdas. Mereka suka belajar trik baru dan bermain dengan pemiliknya. Pomeranian juga sangat setia dan bisa menjadi penjaga rumah yang baik, meskipun ukurannya kecil. Anjing ini cocok untuk kamu yang mencari teman yang aktif dan penuh semangat.

3. Shih Tzu

Shih Tzu adalah anjing yang ramah dan lembut. Mereka sangat cocok untuk keluarga dengan anak-anak karena sifatnya yang penyayang dan sabar. Anjing ini memiliki bulu yang panjang dan lebat, sehingga membutuhkan perawatan yang cukup intensif, seperti menyisir dan mandi rutin. Shih Tzu sangat suka bermain dan juga menikmati waktu santai di rumah. Mereka adalah pilihan yang tepat jika kamu mencari anjing kecil yang tenang dan manis.

4. Yorkshire Terrier

Yorkshire Terrier, atau sering disebut Yorkie, adalah anjing kecil dengan bulu panjang yang halus. Mereka sangat cerdas dan energik, serta suka berpetualang. Yorkie juga dikenal sebagai anjing yang berani dan tidak takut menghadapi tantangan, meskipun ukurannya kecil. Mereka suka menjadi pusat perhatian dan bisa sedikit manja. Namun, dengan pelatihan yang tepat, Yorkie bisa menjadi teman yang setia dan patuh.

5. Pug

Pug adalah anjing kecil dengan wajah datar dan ekspresi yang lucu. Mereka memiliki sifat yang penuh kasih sayang dan sangat suka berada di dekat pemiliknya. Pug dikenal sebagai anjing yang tenang dan tidak terlalu aktif, sehingga cocok untuk kamu yang mencari anjing yang bisa menjadi teman bersantai di rumah. Mereka juga mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan sangat ramah dengan orang lain serta hewan peliharaan lain.

6. Bichon Frise

Bichon Frise adalah anjing kecil dengan bulu putih yang keriting dan wajah yang selalu terlihat bahagia. Mereka sangat sosial dan suka bermain, serta mudah bergaul dengan orang lain dan hewan peliharaan lainnya. Bichon Frise sangat cerdas dan mudah dilatih, sehingga cocok untuk pemilik yang baru pertama kali memelihara anjing. Mereka juga tidak terlalu banyak merontokkan bulu, membuatnya menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang memiliki alergi.

7. Maltese

Maltese adalah anjing kecil dengan bulu putih panjang yang indah. Mereka memiliki kepribadian yang lembut dan penyayang. Anjing ini sangat suka berinteraksi dengan manusia dan bisa menjadi teman yang setia. Meskipun kecil, Maltese cukup aktif dan suka bermain. Mereka juga cerdas dan bisa dilatih untuk melakukan berbagai trik. Maltese cocok untuk kamu yang mencari anjing kecil yang manis dan mudah dirawat.

Memelihara anjing kecil tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga tanggung jawab. Setiap jenis anjing memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda, jadi penting untuk memilih anjing yang sesuai dengan gaya hidup dan kemampuan kamu dalam merawatnya.

Itu adalah ras anjing terkecil yang mungkin cocok untuk menjadi sahabat kalian. Jika kalian ingin memelihara anjing, lakukanlah konsultasi ke dokter hewan terdekat yang bisa dihubungi melalui call center Pet Care. 

Layanan home visit ini memberikan kenyaman bagi pemilik dan hewan kesayangan ketika ingin berkonsultasi atau perawatan. Jangan ragu hubungi kami.

Anjing kecil memang menggemaskan, tetapi mereka juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Jadi, pastikan kamu siap memberikan yang terbaik untuk teman berbulu kamu ini!

Scabies pada Anjing: Apa yang Perlu Kamu Tahu

Hai teman-teman pecinta anjing! Kali ini kita akan bahas tentang salah satu masalah kesehatan yang sering menyerang sahabat berbulu kita, yaitu scabies. Jangan panik dulu, karena kita akan bahas secara santai dan mudah dimengerti.

Apa Itu Scabies pada Anjing?

Scabies, atau yang sering disebut kudis, adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau kecil bernama Sarcoptes scabiei. Tungau ini super kecil, sampai-sampai kamu butuh mikroskop buat melihatnya. Tapi, meskipun kecil, dampaknya bisa bikin anjing kesayanganmu merasa sangat tidak nyaman.

Gejala Scabies pada Anjing

Tanda-tanda scabies biasanya mulai muncul sekitar 2-6 minggu setelah anjing terkena infeksi. Beberapa gejala yang bisa kamu perhatikan antara lain:

  1. Gatal yang Parah: Ini gejala yang paling jelas. Anjing yang terkena scabies akan terus menerus menggaruk, menggigit, atau menjilat tubuhnya. Gatalnya bukan main, bisa sampai bikin mereka susah tidur.
  2. Kemerahan dan Ruam: Kulit anjing akan tampak merah dan bisa muncul ruam kecil-kecil. Biasanya muncul di area yang sering digaruk.
  3. Kerontokan Bulu: Karena sering digaruk, bulu anjing bisa rontok, terutama di area yang terkena infeksi.
  4. Kulit Bersisik atau Berkerak: Kulit bisa jadi kering dan bersisik, bahkan terkadang berkerak.
  5. Luka dan Infeksi Sekunder: Karena garukan yang terus-menerus, kulit bisa terluka dan rentan terhadap infeksi bakteri.

Bagaimana Anjing Bisa Terkena Scabies?

Anjing bisa terkena scabies melalui kontak langsung dengan anjing lain yang sudah terinfeksi. Tungau scabies sangat menular, jadi kalau anjingmu sering bermain dengan anjing lain di taman atau penitipan anjing, risiko terkena scabies lebih tinggi. Selain itu, anjing juga bisa terkena scabies dari lingkungan yang sudah terkontaminasi tungau, seperti tempat tidur, selimut, atau mainan.

Mengatasi Scabies pada Anjing

Kalau kamu curiga anjingmu terkena scabies, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membawanya ke dokter hewan. Jangan coba-coba mengobati sendiri tanpa konsultasi ya, karena bisa jadi kondisi anjingmu malah makin parah.

Biasanya, dokter hewan akan memberikan beberapa jenis pengobatan, seperti:

  1. Obat Topikal: Obat ini dioleskan langsung ke kulit anjing yang terkena. Biasanya berupa salep atau krim anti-tungau.
  2. Obat Oral: Kadang dokter akan meresepkan obat minum untuk membasmi tungau dari dalam tubuh anjing.
  3. Suntikan: Ada juga obat yang diberikan melalui suntikan untuk mengatasi infeksi scabies.
  4. Shampo Medis: Dokter mungkin akan menyarankan untuk memandikan anjing dengan shampo khusus yang bisa membunuh tungau.

Selain pengobatan medis, kamu juga perlu menjaga kebersihan lingkungan sekitar anjing. Cuci semua barang-barang yang sering bersentuhan dengan anjing, seperti tempat tidur, selimut, dan mainan, dengan air panas. Bersihkan dan disinfeksi area tempat anjing sering bermain atau beristirahat.

Pencegahan Scabies

Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Berikut beberapa tips untuk mencegah anjingmu terkena scabies:

  1. Hindari Kontak dengan Anjing Terinfeksi: Jika kamu tahu ada anjing yang sedang terkena scabies, hindari kontak langsung dengan anjingmu.
  2. Jaga Kebersihan: Pastikan lingkungan tempat anjingmu tinggal selalu bersih. Cuci tempat tidur, selimut, dan mainan secara rutin.
  3. Periksa Rutin: Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan, terutama jika anjingmu sering berinteraksi dengan banyak anjing lain.
  4. Vaksinasi dan Pengobatan Pencegahan: Tanyakan kepada dokter hewan tentang vaksinasi atau pengobatan pencegahan yang bisa diberikan kepada anjingmu untuk menghindari scabies.

Scabies memang bisa bikin anjing kesayanganmu merasa tidak nyaman, tapi dengan penanganan yang tepat, infeksi ini bisa diatasi dengan baik. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter hewan jika kamu melihat tanda-tanda scabies pada anjingmu. Dan yang paling penting, jaga kebersihan dan kesehatan anjingmu agar mereka selalu bahagia dan sehat.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki jika mengalami scabies. Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Fungsi Kumis pada Kucing dan Cara Merawatnya

Kumis pada kucing, yang sering kali terlihat sepele, sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai fungsi kumis pada kucing serta cara merawatnya agar tetap sehat.

Fungsi Kumis pada Kucing

  1. Navigasi dan Orientasi Kumis kucing, atau yang dikenal juga dengan sebutan “vibrissae,” adalah alat navigasi yang luar biasa. Setiap kumis di wajah kucing terhubung dengan saraf yang sangat sensitif, yang memungkinkan kucing untuk merasakan perubahan kecil di lingkungannya. Saat kucing berjalan di tempat yang gelap atau sempit, kumis mereka membantu mendeteksi rintangan di sekitar mereka, sehingga kucing dapat bergerak dengan percaya diri tanpa harus melihat langsung.
  2. Mendeteksi Objek dan Getaran Kumis kucing juga bisa mendeteksi getaran di udara. Ini sangat membantu ketika mereka sedang berburu atau mengejar sesuatu. Getaran dari gerakan mangsa bisa tertangkap oleh kumis kucing, membantu mereka menentukan lokasi mangsa dengan lebih akurat. Bahkan, saat seekor kucing mengejar mainan, kumisnya akan terus bekerja untuk memandu gerakannya.
  3. Mengukur Ruang Kucing sering kali terlihat mencoba memasukkan diri ke dalam kotak atau ruang yang sempit. Dalam situasi ini, kumis mereka berperan penting. Panjang kumis kucing biasanya sesuai dengan lebar tubuh mereka, jadi dengan menyentuh kumisnya ke tepi ruang, kucing dapat menentukan apakah mereka bisa masuk ke ruang tersebut atau tidak.
  4. Ekspresi Emosi Selain fungsi-fungsi praktis, kumis kucing juga bisa menjadi indikator emosinya. Misalnya, ketika kucing merasa terancam atau sedang dalam mode berburu, kumisnya akan mengarah ke depan. Sebaliknya, jika kucing merasa santai dan nyaman, kumisnya akan terlihat lebih rileks dan berada di posisi netral.

Cara Merawat Kumis pada Kucing

Setelah mengetahui betapa pentingnya kumis bagi kucing, kita juga harus tahu bagaimana cara merawatnya dengan baik. Berikut beberapa tips sederhana untuk memastikan kumis kucing tetap sehat:

  1. Hindari Memotong Kumis Meskipun terlihat menggoda untuk merapikan kumis yang panjang, sebaiknya hindari memotongnya. Memotong kumis kucing bisa mengganggu fungsi navigasi mereka dan menyebabkan stres. Biarkan kumis kucing tumbuh secara alami.
  2. Jaga Kebersihan Wajah Kucing Pastikan wajah kucing tetap bersih, terutama area sekitar kumis. Kucing biasanya membersihkan wajahnya sendiri, tapi kamu bisa membantu dengan menyeka lembut wajah kucing dengan kain basah jika perlu. Ini membantu mencegah infeksi atau iritasi di area kumis.
  3. Perhatikan Tanda-tanda Kerusakan Jika kamu melihat kumis kucing patah atau rontok dalam jumlah yang tidak biasa, ini bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Sebaiknya periksakan kucing ke dokter hewan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
  4. Berikan Makanan Berkualitas Nutrisi yang baik sangat penting untuk kesehatan keseluruhan kucing, termasuk kumisnya. Pastikan kucing mendapatkan makanan yang seimbang dan kaya akan vitamin serta mineral. Makanan berkualitas membantu pertumbuhan rambut dan kumis yang sehat.
  5. Hindari Stres Berlebihan Stres bisa mempengaruhi kesehatan kucing secara keseluruhan, termasuk kumisnya. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi kucing, berikan cukup waktu bermain, dan pastikan mereka memiliki tempat yang aman untuk beristirahat.

Kumis kucing bukan hanya hiasan wajah yang menggemaskan. Mereka memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kucing, mulai dari navigasi, mendeteksi objek, mengukur ruang, hingga mengekspresikan emosi. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pemilik kucing untuk merawat kumis mereka dengan baik.

Dengan memperhatikan kebersihan, memberikan nutrisi yang baik, dan menjaga kucing dari stres berlebihan, kita bisa memastikan kumis kucing tetap sehat dan berfungsi dengan baik. Jadi, lain kali ketika kamu melihat kucingmu mengibaskan kumisnya, ingatlah betapa istimewanya kumis tersebut dan betapa pentingnya peran mereka dalam kehidupan si kucing kesayanganmu.

Jika Anda memiliki pertanyaan atau concerns tentang kumis pada kucing, konsultasikan dengan ke dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Cukup hubungi  call center Pet Care.  Layanan ini akan membantu Anda menemukan dokter hewan terdekat dari lokasi. 

Jadi jangan ragu hubungi kami.

Alasan Kucing Lentur Seperti Benda Cair

Pernah terpikir mengapa kucing lentur? Bahkan terkadang kucing bisa masuk ke dalam benda kecil yang tak terduga.

Kucing, hewan peliharaan yang menggemaskan ini, memiliki kemampuan luar biasa yang sering kali membuat kita terheran-heran. Salah satu keunikan yang paling menonjol adalah tubuh mereka yang lentur. Kita sering melihat kucing melompat tinggi, mendarat dengan sempurna, atau melengkungkan tubuhnya di tempat yang tampaknya mustahil. Tapi apa sih yang membuat kucing sangat lentur

?

Struktur Tulang dan Sendi yang Fleksibel

Kucing memiliki struktur tulang yang sangat unik. Rangka mereka terdiri dari sekitar 230 tulang, lebih banyak dibandingkan manusia yang hanya memiliki 206 tulang. Lebih banyak tulang berarti lebih banyak sendi, yang pada gilirannya memungkinkan gerakan yang lebih fleksibel. Sendi-sendi ini memiliki jarak yang lebih longgar dibandingkan mamalia lainnya, memungkinkan kucing untuk melenturkan tubuhnya lebih jauh tanpa risiko cedera.

Selain itu, kucing memiliki tulang selangka yang tidak terhubung ke tulang lain di rangkanya. Tulang selangka ini hanya melekat pada otot, memungkinkan kucing untuk meremas tubuhnya melalui celah sempit dan memberikan mereka jangkauan gerak yang luas.

Otot yang Kuat dan Elastis

Elastisitas kucing juga didukung oleh otot-otot yang kuat dan lentur. Kucing memiliki serat otot yang cepat berkontraksi, yang berarti mereka dapat menghasilkan kekuatan besar dalam waktu singkat. Inilah yang memungkinkan kucing melompat setinggi enam kali tinggi tubuh mereka sendiri dalam sekali lompatan.

Selain itu, otot kucing memiliki proporsi serat otot tipe II yang tinggi, yang merupakan jenis serat otot yang cepat berkontraksi dan sangat cocok untuk gerakan eksplosif. Inilah alasan mengapa kucing bisa bergerak dengan kecepatan dan kelincahan yang luar biasa.

Kemampuan untuk Melompat dan Mendarat

Salah satu kemampuan paling mengagumkan dari kucing adalah kemampuan mereka untuk melompat dan mendarat dengan sangat presisi. Kucing memiliki keseimbangan dan koordinasi yang luar biasa, sebagian besar berkat organ khusus di telinga dalam mereka yang disebut vestibular apparatus. Organ ini membantu kucing merasakan orientasi dan menjaga keseimbangan, memungkinkan mereka untuk mendarat dengan aman meskipun melompat dari ketinggian yang signifikan.

Saat kucing melompat, mereka menggunakan ekornya sebagai penyeimbang. Ekornya berfungsi seperti kemudi, membantu mereka mengarahkan tubuh dan menjaga stabilitas saat berada di udara. Saat mendarat, kucing menggunakan kaki belakang mereka untuk menyerap sebagian besar dampak, diikuti oleh kaki depan yang membantu mengurangi tekanan pada tubuh mereka.

Kemampuan untuk Melenturkan Tubuh

Elastisitas kucing juga terlihat dalam kemampuan mereka untuk melenturkan tubuh mereka ke berbagai arah. Hal ini sering kali terlihat ketika mereka melakukan grooming atau bermain. Kemampuan ini disebabkan oleh kombinasi dari tulang belakang yang fleksibel dan otot yang kuat.

Tulang belakang kucing terdiri dari 30 vertebra yang terhubung oleh cakram intervertebral yang elastis. Ini memungkinkan tulang belakang kucing untuk melengkung dan berputar dengan mudah. Ditambah lagi, otot-otot di sepanjang tulang belakang mereka sangat kuat dan lentur, memberikan dukungan tambahan untuk gerakan ini.

Faktor Genetika

Genetika juga memainkan peran penting dalam elastisitas kucing. Kucing adalah hasil dari evolusi yang telah berlangsung selama jutaan tahun. Nenek moyang kucing adalah pemburu soliter yang perlu mengandalkan kelincahan dan kecepatan untuk menangkap mangsanya. Kemampuan untuk melompat tinggi, melenturkan tubuh, dan bergerak dengan cepat adalah hasil dari seleksi alam yang memilih individu-individu dengan kemampuan ini untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Aktivitas Sehari-hari

Selain faktor biologis dan genetika, aktivitas sehari-hari kucing juga berkontribusi pada elastisitas tubuh mereka. Kucing adalah hewan yang sangat aktif dan suka bermain. Mereka sering kali berlari, melompat, dan memanjat, yang semuanya membantu menjaga otot dan sendi mereka tetap kuat dan fleksibel. Aktivitas ini juga membantu menjaga berat badan kucing tetap ideal, yang penting untuk kesehatan sendi dan otot mereka.

Sebagai pemilik kucing, kita bisa membantu menjaga elastisitas tubuh mereka dengan memberikan lingkungan yang kaya akan stimulasi dan kesempatan untuk beraktivitas. Memberikan mainan, ruang untuk memanjat, dan waktu bermain yang cukup akan membantu kucing kita tetap sehat dan aktif.

Elastisitas tubuh kucing adalah hasil dari kombinasi faktor struktural, otot yang kuat, kemampuan genetik, dan aktivitas sehari-hari. Semua faktor ini bekerja bersama untuk memberikan kucing kemampuan luar biasa untuk melompat, mendarat dengan sempurna, dan melenturkan tubuh mereka. 

Sebagai pecinta kucing, kita bisa terus mengagumi dan merawat mereka, memastikan bahwa mereka memiliki kehidupan yang sehat dan bahagia. Jadi, jangan ragu kolsultasi ke dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Cukup hubungi  call center Pet Care. Layanan ini akan membantu Anda menemukan dokter hewan terdekat dari lokasi. 

Teknologi Canggih yang Membantu Kucing

Di era perkembangan teknologi yang semakin maju ini, ada berbagai teknologi canggih yang dirancang khusus untuk membantu kucing dan membuat hidup mereka dan pemiliknya) lebih mudah dan menyenangkan. Yuk, kita bahas beberapa teknologi keren yang bisa membantu kucing kesayanganmu!

1. Tempat Makan Otomatis

Pernah nggak sih kamu khawatir kucingmu kelaparan saat kamu sedang bekerja atau berpergian? Nah, sekarang ada solusi praktis: tempat makan otomatis! Alat ini bisa diprogram untuk memberikan makanan pada waktu yang sudah ditentukan. Jadi, kamu nggak perlu khawatir lagi kucingmu kelaparan.

Beberapa tempat makan otomatis bahkan dilengkapi dengan aplikasi yang bisa kamu kontrol dari smartphone. Kamu bisa mengatur jadwal makan kucingmu dan memantau berapa banyak makanan yang sudah dimakan.

2. Litter Box Otomatis

Membersihkan kotoran kucing adalah tugas yang tidak menyenangkan bagi banyak pemilik kucing. Tapi jangan khawatir, teknologi hadir untuk menyelamatkanmu! Litter box otomatis bisa membersihkan kotoran kucing secara otomatis setelah mereka selesai buang air.

Alat ini biasanya dilengkapi dengan sensor yang mendeteksi ketika kucing sudah keluar dari litter box, lalu secara otomatis membersihkan kotorannya ke dalam wadah yang tertutup rapat. Kamu hanya perlu membuang kotorannya sekali-sekali. Praktis banget, kan?

3. Kamera Pemantau Kucing

Kalau kamu sering khawatir dengan apa yang dilakukan kucingmu saat kamu nggak ada di rumah, kamera pemantau kucing bisa jadi solusi tepat. Kamera ini biasanya dilengkapi dengan fitur dua arah, jadi kamu bisa melihat dan berinteraksi dengan kucingmu dari jarak jauh.

Beberapa kamera bahkan punya fitur laser yang bisa kamu kontrol dari smartphone untuk mengajak kucing bermain. Seru banget, kan? Kamu bisa memastikan kucingmu aman dan bahagia meskipun kamu sedang tidak di rumah.

4. Mainan Interaktif

Kucing suka bermain, tapi kadang kita nggak selalu punya waktu untuk bermain dengan mereka. Mainan interaktif bisa jadi solusi yang bagus. Ada banyak jenis mainan interaktif yang bisa kamu pilih, mulai dari bola otomatis yang bisa bergerak sendiri, laser pointer otomatis, hingga mainan berbentuk tikus yang bisa bergerak dan berlari. Mainan-mainan ini bisa menjaga kucingmu tetap aktif dan terhibur, bahkan saat kamu sedang sibuk.

5. Pemantau Kucing Otomatis

Kalau kamu tinggal di rumah dengan halaman, mungkin kamu sudah punya pintu kucing. Tapi sekarang ada yang lebih canggih: pintu kucing otomatis! Pintu ini bisa diprogram untuk membuka dan menutup secara otomatis berdasarkan chip atau kalung khusus yang dikenakan kucingmu.

Jadi, hanya kucingmu yang bisa masuk dan keluar, menghindari hewan lain yang tidak diinginkan. Beberapa pintu kucing otomatis juga dilengkapi dengan fitur pengunci waktu, jadi kamu bisa mengatur kapan pintu bisa dibuka atau ditutup.

7. Water Fountain

Kucing cenderung lebih suka minum air yang mengalir daripada air yang diam di mangkuk. Water fountain atau air mancur minum untuk kucing bisa jadi solusi praktis.

Alat ini memastikan air tetap mengalir dan terjaga kebersihannya, sehingga kucingmu lebih tertarik untuk minum dan tetap terhidrasi dengan baik. Beberapa water fountain bahkan dilengkapi dengan filter untuk memastikan air selalu bersih dan segar.

8. Pijat Kucing Otomatis

Siapa yang nggak suka pijat? Ternyata, kucing juga bisa menikmati pijatan dengan teknologi pijat otomatis untuk kucing. Alat ini dirancang khusus untuk memberikan pijatan lembut pada tubuh kucing, membantu mereka merasa lebih rileks dan nyaman. Ini bisa sangat bermanfaat untuk kucing yang mudah stres atau memiliki masalah kesehatan tertentu.

Nah, itu dia beberapa teknologi canggih yang bisa membantu kucing kesayanganmu. Dengan berbagai inovasi ini, kamu bisa memberikan perawatan terbaik untuk kucingmu tanpa harus repot. Hidup jadi lebih praktis, kucingmu pun lebih bahagia.

Tapi jangan lupa untuk selalu memperhatikan kesehatan kucingmu. Kini melakukan pemeriksaan menjadi lebih mudah dengan teknologi. Kucingmu tidak harus keluar rumah untuk melakukan pemeriksaan.

Konsultasikan dengan ke dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Cukup hubungi  call center Pet Care. Layanan ini akan membantu Anda menemukan dokter hewan terdekat dari lokasi. 

Jadi, siap mencoba teknologi canggih ini untuk si meong? Yuk, buat hidup kucingmu lebih nyaman dan seru dengan teknologi terbaru!

Fakta Menarik Cat Paw yang Tidak Kalian Ketahui

Cakar kucing, atau yang dikenal sebagai cat paw, bukan hanya menggemaskan untuk dilihat, tapi juga memiliki banyak fungsi penting bagi si meong. Bantalan kaki yang lembut ini penuh dengan rahasia dan keunikan yang mungkin belum Anda ketahui.

Yuk, simak fakta menarik cakar kucing berikut ini!

1. Bantalan Lembut dan Kenyal 

Cat paw terbuat dari jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit yang elastis. Hal ini membuat cakar kucing terasa lembut dan kenyal saat disentuh. Bagian bawah telapak kaki kucing ditutupi oleh bantalan lembut yang membantu mereka berjalan dengan tenang dan lembut. Bantalan ini juga melindungi tulang dan sendi mereka saat mereka melompat dari ketinggian.

2. Kelenjar Keringat dan Bau pada Cat Paw

Meskipun jarang terlihat, cat paw sebenarnya memiliki kelenjar keringat yang membantu mereka mengatur suhu tubuh. Kucing tidak memiliki banyak kelenjar keringat di tubuh mereka, tetapi mereka memiliki beberapa di telapak kaki. Saat suhu tubuh kucing meningkat, mereka dapat mengeluarkan keringat melalui telapak kaki untuk membantu mendinginkan tubuh. Saat kucing kepanasan, mereka juga  akan menjilatinya untuk mendinginkan diri.

Setiap catpaw kucing memiliki kelenjar bau yang mengeluarkan feromon. Kucing sering kali menggosokkan telapak kaki mereka pada benda-benda untuk menandai wilayah atau menunjukkan rasa nyaman.

3. Sensor yang Sensitif pada Cat Paw

Cat paw kucing sangat sensitif dan berisi banyak ujung saraf. Sensitivitas ini memungkinkan kucing untuk merasakan tekstur, suhu, dan getaran melalui telapak kaki mereka.

Cat paw memiliki banyak saraf sensorik yang membuatnya sangat sensitif terhadap perubahan permukaan. Kucing dapat merasakan tekstur, suhu, dan getaran dengan cat paw mereka, membantu mereka menavigasi dalam gelap, menghindari bahaya, dan bahkan memanjat pohon dengan mudah.

Telapak kaki kucing membantu mereka merasakan permukaan dan navigasi di berbagai medan. Ini sangat berguna saat mereka berjalan di lingkungan yang tidak dikenal atau saat mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat.

Selain itu, Kucing memiliki kelenjar aroma pada cakar yang mereka gunakan untuk menandai wilayah.

4. Pertahanan Diri

Cakar kucing terbuat dari keratin, bahan yang sama dengan kuku manusia. Bagian ini biasanya disembunyikan di balik kulit saat kucing tidak menggunakannya, membantu melindungi lantai dan furnitur dari goresan. Cakar yang tajam dan kemampuan memanjat yang luar biasa membantu kucing untuk menangkap mangsa dengan efektif.

Cakar yang tersembunyi di dalam cat paw adalah senjata utama kucing untuk pertahanan diri. Saat terancam, kucing dapat mengeluarkan cakar mereka untuk menyerang atau melindungi diri dari predator atau ancaman lainnya.

5. Menjaga Keseimbangan 

Cakar ini memberikan cengkraman yang kuat pada berbagai permukaan, membantu kucing untuk menjaga keseimbangan dan koordinasi saat berjalan, berlari, dan melompat. 

Bantalan kaki kucing membantu mempertahankan keseimbangan dan kelincahannya. Struktur anatomi dan fleksibilitas telapak kaki memungkinkan kucing melompat tinggi, berlari cepat, dan mendarat dengan lembut.

6. Beragam Warna

Warna bantalan kaki kucing seringkali sesuai dengan warna bulu mereka. Misalnya, kucing dengan bulu hitam cenderung memiliki bantalan kaki berwarna hitam, sementara kucing dengan bulu cerah mungkin memiliki bantalan kaki berwarna merah muda atau krem. Beberapa kucing bahkan memiliki cat paw dengan dua warna atau lebih.

7. Merawat Diri

Kucing sering menjilati telapak kaki mereka sebagai bagian dari rutinitas perawatan diri. Kucing menggunakan cakar  mereka untuk membersihkan diri, menghilangkan kotoran dan bulu mati dari tubuh mereka.

Bantalan kaki yang lembut ini membantu mereka berjalan, memanjat, berburu, dan menjaga keseimbangan. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pemilik kucing untuk mengetahui cara merawat cat paw dengan baik agar si meong tetap sehat dan nyaman.

Cara Merawat Cat Paw

Jika kucing Anda sering menjilat cat paw mereka secara berlebihan, mungkin ada masalah yang mendasarinya. Perhatikan apakah ada luka, iritasi, retakan, atau perubahan warna. Segera bawa kucing ke dokter hewan jika Anda menemukan tanda-tanda masalah. 

Pastikan cakar kucing tidak terlalu panjang atau tajam. Potong cakar secara rutin dengan gunting kuku khusus kucing. Bulu yang panjang di antara jari kaki kucing dapat menjebak kotoran dan membuatnya sulit untuk berjalan. Potong bulu tersebut secara hati-hati dengan gunting kecil.

Jika Anda memiliki pertanyaan atau concerns tentang cat paw kucing Anda, konsultasikan dengan ke dokter hewan terdekat melalui layanan Pet Care. Cukup hubungi  call center Pet Care.  Layanan ini akan membantu Anda menemukan dokter hewan terdekat dari lokasi. 

Jadi jangan ragu hubungi kami.

Jangan Sepelekan Batuk Kennel pada Anjing

Anjing terus batuk hingga hidung berair? Waspada, ini merupakan gejala batuk kennel. 

Meskipun terkesan ringan, batuk ini dapat menimbulkan komplikasi serius pada anjing, terutama pada anak anjing, anjing tua, dan anjing dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Oleh karena itu, penting bagi para pemilik anjing untuk memahami seluk-beluk penyakit ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Jangan khawatir, artikel ini akan mengupas tuntas tentang batuk kennel, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya.

Semoga informasi ini bisa membantu para pemilik anjing untuk menjaga kesehatan hewan kesayangan mereka dan mencegah penyebaran penyakit ini. 

Yuk, kita pelajari bersama!

Apa itu Batuk Kennel?

Batuk kennel, bagaikan hantu tak kasat mata yang mengintai di balik keceriaan anjing saat bermain di taman. Penyakit pernapasan menular ini mudah menyebar dan dapat menyerang anjing dari segala usia, ras, dan latar belakang.

Batuk kennel, atau dikenal juga sebagai tracheobronchitis infeksius atau batuk kandang. Penyakit pernapasan pada anjing ini umumnya menular. Penyakit ini mirip dengan flu pada manusia dan sering kali tersebar di tempat-tempat di mana anjing berkumpul, seperti kandang anjing, pusat pelatihan, atau tempat penampungan hewan. Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai infeksi pernapasan, mulai dari gejala, penyebab, hingga penanganannya.

Penyebab Batuk Kennel

Batuk kennel biasanya disebabkan oleh kombinasi infeksi virus dan bakteri. Penyebab umum meliputi:

  1. Bordetella bronchiseptica: Bakteri ini adalah penyebab utamanya. Sering kali, infeksi Bordetella disertai dengan infeksi virus lain.
  2. Virus Parainfluenza: Virus ini sering ditemukan bersama dengan Bordetella dan dapat memperparah gejala.
  3. Adenovirus Tipe 2: Virus lain yang dapat menyebabkan batuk kennel dan sering menyerang saluran pernapasan bagian atas anjing.

Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebar melalui udara atau kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi. Anjing juga bisa terinfeksi melalui permukaan yang terkontaminasi, seperti mangkuk makanan, kandang, atau mainan.

Gejala Batuk Kennel

Gejalanya biasanya muncul dalam 2-10 hari setelah anjing terpapar infeksi. Gejala utama adalah batuk kering dan keras, yang sering digambarkan seperti suara “klakson”. Gejala lainnya dapat meliputi:

  1. Batuk yang persisten: Biasanya semakin parah setelah aktivitas fisik atau ketika anjing menarik tali leher.
  2. Muntah atau tersedak: Terkadang batuk yang keras bisa menyebabkan anjing muntah atau tersedak.
  3. Keluarnya lendir: Beberapa anjing akan mengalami keluarnya lendir dari hidung.
  4. Demam ringan: Pada beberapa kasus, anjing akan mengalami demam ringan.
  5. Lesu: Anjing yang terinfeksi akan terlihat lesu dan kurang berenergi.

Cara Mengatasi Batuk Kennel

Penanganan batuk kennel tergantung pada tingkat keparahan gejala. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Istirahat dan Isolasi: Anjing yang terinfeksi sebaiknya diisolasi dari anjing lain untuk mencegah penyebaran. Pastikan anjing mendapat cukup istirahat.
  2. Penggunaan Humidifier: Udara yang lembab bisa membantu meredakan iritasi di saluran pernapasan.
  3. Obat-obatan: Dokter hewan mungkin meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi bakteri, serta obat batuk atau antiinflamasi untuk meredakan gejala.
  4. Hindari Aktivitas Berat: Batasi aktivitas fisik yang berat untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada saluran pernapasan.

Pencegahan Batuk Kennel

  1. Vaksinasi Rutin: Mencegah lebih baik daripada mengobati. Vaksinasi terhadap Bordetella dan virus parainfluenza dapat mengurangi risiko terinfeksi. Pastikan anjing mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh dokter hewan. 

Sekarang vaksin anjing dan kucing bisa dilakukan di rumah, lho. Pet Care menyediakan layanan vaksinasi yang siap datang ke rumah. Tenaga medis dari Pet Care bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Dijamin vaksinasi mudah, cepat dan tidak repot.

  1. Hindari Kontak dengan Anjing yang Terinfeksi: Jika Anda tahu ada anjing yang terinfeksi, hindari kontak untuk sementara waktu.
  2. Kebersihan Lingkungan: Bersihkan dan desinfeksi lingkungan tempat tinggal anjing secara rutin, termasuk mangkuk makanan, mainan, dan tempat tidur.
  3. Pemantauan Kesehatan: Pantau kesehatan anjing secara rutin dan segera konsultasikan dengan dokter hewan jika ada gejala yang mencurigakan. 

Kapan Harus Membawa Anjing ke Dokter Hewan?

Sebaiknya bawa anjing ke dokter hewan jika ia menunjukkan gejala batuk kennel, terutama jika gejalanya parah atau tidak membaik dalam beberapa minggu. Dokter hewan akan dapat mendiagnosis batuk kennel dan merekomendasikan pengobatan yang tepat.

Konsultasikan dengan  dokter hewan terdekat melalui  Call Center Pet Care untuk melakukan pemeriksaan terbaik bagi sahabat empat kaki. Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Expectant Family in living room

Mitos atau Fakta Bulu Kucing Berbahaya Bagi Ibu Hamil?

Apakah bulu kucing berbahaya bagi ibu hamil dan dapat menyebabkan kekguguran?

Memelihara kucing saat hamil merupakan hal yang menyenangkan bagi banyak orang. Tingkah lucu dan menggemaskan kucing dapat membantu mengurangi stres dan memberikan kenyamanan selama masa kehamilan.

Namun, di sisi lain, terdapat pula kekhawatiran tentang bahaya bulu kucing bagi ibu hamil dan janin. Berita seputar bulu kucing yang berbahaya bagi ibu hamil sering kali membuat para calon ibu khawatir dan mempertimbangkan kembali keputusan untuk memelihara kucing selama masa kehamilan.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui fakta yang sebenarnya agar dapat mengambil langkah yang tepat. Yuk, kita cari tahu bersama-sama.

Mitos Bulu Kucing Berbahaya Bagi Ibu Hamil

Memelihara kucing bisa memberikan manfaat emosional dan psikologis bagi ibu hamil. Kucing dapat menjadi sumber kenyamanan dan mengurangi stres, yang penting selama masa kehamilan. Sentuhan lembut dan kehadiran hewan peliharaan juga dapat memberikan rasa tenang dan mendukung kesehatan mental.

Mitos bahwa bulu kucing berbahaya bagi ibu hamil kemungkinan besar berasal dari kekhawatiran mengenai toxoplasmosis, sebuah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan dalam tinja kucing yang terinfeksi dan bisa berbahaya bagi ibu hamil serta janinnya. Infeksi toxoplasmosis dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau kelainan pada bayi. 

Meski kucing bisa menjadi pembawa parasit Toxoplasma gondii, infeksi toxoplasmosis lebih sering terjadi melalui konsumsi daging mentah atau setengah matang, sayuran yang tidak dicuci bersih, atau air yang terkontaminasi. Kontak langsung dengan tinja kucing yang terinfeksi adalah salah satu cara penularan, namun risiko ini dapat diminimalisir dengan menjaga kebersihan.

Parasit Toxoplasma gondii tidak hidup pada bulu kucing. Risiko tertular toxoplasmosis melalui bulu kucing sangatlah rendah. Kontak langsung dengan bulu kucing yang bersih tidak akan menyebabkan infeksi.

Apa itu Toxoplasma gondii?

Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang dapat menginfeksi berbagai hewan, termasuk kucing dan manusia. Infeksi Toxoplasma gondii pada kucing dikenal sebagai toksoplasmosis. Parasit ini umumnya tidak berbahaya bagi kucing yang sehat, tetapi dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu hamil dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Kucing biasanya tertular Toxoplasma gondii dengan dua cara:

  1. Memakan mangsa yang terinfeksi: Kucing yang berburu dan memakan hewan seperti tikus, burung, dan unggas liar berisiko tinggi terinfeksi Toxoplasma gondii. Hewan-hewan ini dapat menjadi inang perantara parasit dan mengandung kista yang mengandung Toxoplasma gondii.
  2. Menelan ookista dari kotoran kucing yang terinfeksi: Kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii mengeluarkan ookista, yaitu bentuk kista parasit yang tahan lama, dalam kotorannya. Ookista ini dapat bertahan hidup di lingkungan selama berbulan-bulan dan menular ke kucing lain atau manusia yang menelannya.

Kebanyakan kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, pada beberapa kasus, terutama pada anak kucing dan kucing dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Gejala Toxoplasma gondii meliputi, Demam, Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, batuk, kesulitan bernafas, kejang, dan lumpuh.

Pencegahan Toxoplasma pada Ibu Hamil dan Kucing

Ibu hamil tetap bisa memelihara kucing dengan beberapa tindakan pencegahan sederhana:

  • Menghindari membersihkan kotak kotoran kucing. Mintalah orang lain untuk membersihkan kotak pasir kucing atau kenakan sarung tangan dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah membersihkannya. Jika tidak bisa dihindari, gunakan sarung tangan dan cuci tangan dengan bersih setelahnya.
  • Memastikan kucing peliharaan tetap berada di dalam rumah dan tidak berburu atau makan daging mentah. Masak semua daging sampai matang sepenuhnya untuk membunuh parasit Toxoplasma gondii.
  • Memelihara kebersihan rumah dan menjaga agar kucing tetap bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah berkebun, menyentuh tanah, atau kontak dengan hewan. Hindari kontak dengan kucing liar, karena mereka berisiko tinggi terinfeksi Toxoplasma gondii.

Mitos bahwa bulu kucing berbahaya bagi ibu hamil lebih didasarkan pada ketakutan yang kurang informasi tentang toxoplasmosis. Fakta menunjukkan bahwa risiko tertular toxoplasmosis dari bulu kucing sangat rendah. Dengan menjaga kebersihan dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang tepat, ibu hamil dapat tetap memelihara kucing tanpa rasa khawatir.

Jika ada kekhawatiran atau pertanyaan lebih lanjut, konsultasi dengan dokter hewan terdekat melalui call center Pet Care. Layanan ini akan membantu Anda menemukan dokter hewan terdekat dari lokasi. 

Agar kucing selalu bersih dan terjaga dari Toxoplasma gondii, berikan perawatan grooming yang rutin untuk menghindari kucing terinfeksi virus. Kini  Pet Care menyediakan layanan Grooming Kucing dan anjing Terdekat. Pesan sekarang melalui layanan Pet Care

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Waspadai Penyakit Menular pada Anjing Kesayangan

Penyakit menular pada anjing adalah momok bagi setiap pemilik. Dibaiik tingkah menggemaskan dan kelucuannya, anjing rentan terhadap penyakit. Beberapa penyakit juga dapat menular baik ke sesama anjing maupun manusia. 

Agar tidak menulari atau tertular penyakit, yuk kita pelajari berbagai penyakit menular yang harus diwaspadai. 

1. Parvovirus

Parvovirus, atau biasa disebut Parvo, adalah penyakit virus yang sangat menular dan menyerang sistem pencernaan anjing. Penyakit ini sangat berbahaya, terutama bagi anak anjing dan anjing yang belum divaksinasi, dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati dengan segera.

Parvovirus disebabkan oleh virus Canine Parvovirus (CPV) yang sangat tahan terhadap lingkungan. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan feses, muntah, atau air liur anjing yang terinfeksi, serta melalui benda-benda yang terkontaminasi virus.

Gejala:

Gejala Parvo biasanya muncul 3-7 hari setelah anjing terinfeksi. Gejalanya meliputi:

  • Demam tinggi
  • Lemah dan lesu
  • Kehilangan nafsu makan
  • Diare berdarah dan berbau busuk
  • Muntah
  • Dehidrasi
  • Nyeri perut

2. Distemper

Distemper, yang juga dikenal sebagai Canine Distemper Virus (CDV), adalah penyakit yang sangat menular dan mematikan pada anjing. Penyakit ini menyerang berbagai sistem organ, termasuk sistem pernapasan, pencernaan, dan saraf, dan dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian.

Distemper disebabkan oleh virus paramyxovirus yang ditularkan melalui kontak langsung dengan air liur, urine, atau feses anjing yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi melalui ciuman atau kontak hidung, berbagi makanan atau minuman, kontak dengan benda yang terkontaminasi.

Gejala:

Gejala distemper biasanya muncul dalam waktu 3-7 hari setelah terpapar virus. Gejalanya bisa bervariasi tergantung pada anjing dan organ yang terkena, namun beberapa gejala umum meliputi:

  • Demam tinggi
  • Batuk dan pilek
  • Peradangan selaput mata 
  • Diare dan muntah
  • Penurunan nafsu makan
  • Kelelahan dan kelesuan
  • Gejala neurologis

3. Rabies

Rabies, atau yang dikenal dengan penyakit anjing gila, adalah penyakit virus mematikan yang menyerang sistem saraf pusat mamalia, termasuk manusia. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak diobati segera.

Penyebab rabies adalah virus rabies (Lyssavirus) yang terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan yang paling sering menularkan rabies adalah anjing, namun kelelawar, kera, dan rubah juga bisa menjadi pembawa virus.

Penularan rabies terjadi ketika virus rabies dari air liur hewan yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan lainnya melalui luka gigitan atau cakaran. Virus ini kemudian bergerak melalui sistem saraf menuju otak, di mana virus ini akan menyerang dan merusak sel-sel otak.

Gejala:

Gejala rabies pada hewan dan manusia umumnya muncul 2-3 minggu setelah terpapar virus, namun bisa juga lebih lama, hingga bertahun-tahun. Berikut gejala awal rabies pada hewan dan manusia dapat meliputi:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Kehilangan nafsu makan
  • Gelisah dan mudah marah
  • Kesemutan dan mati rasa di sekitar luka gigitan atau cakaran

Gejala rabies kemudian akan berkembang menjadi:

  • Hidrofobia (takut air): Penderita rabies akan mengalami ketakutan dan kejang saat melihat atau mendengar air.
  • Aerofobia (takut angin): Penderita rabies akan mengalami ketakutan dan kejang saat merasakan angin.
  • Kelumpuhan: Kelumpuhan akan dimulai dari area di sekitar luka gigitan atau cakaran dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
  • Halusinasi dan delusi
  • Perilaku agresif: Penderita rabies akan menjadi sangat agresif dan mudah menyerang orang lain.
  • Kematian: Rabies hampir selalu berakibat fatal jika tidak diobati segera.

4. Batuk Kennel  

Batuk Kennel, juga dikenal sebagai trakeobronkitis anjing infeksius, adalah penyakit pernapasan yang sangat menular pada anjing. Penyakit ini paling sering menyerang anjing yang berada di tempat-tempat ramai seperti kandang, penitipan anjing, dan pameran anjing.

Batuk Kennel disebabkan oleh kombinasi virus dan bakteri, dengan Bordetella bronchiseptica sebagai penyebab paling umum. Bakteri ini menyerang trakea dan bronkus, menyebabkan peradangan dan infeksi.

Batuk Kennel sangat menular dan dapat menyebar melalui kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi, atau melalui droplet pernapasan yang dilepaskan saat batuk atau bersin. Virus dan bakteri juga dapat bertahan hidup di lingkungan selama beberapa jam, dan dapat menular melalui benda yang terkontaminasi.

Gejala:

Gejala Batuk Kennel yang paling umum adalah batuk kering dan kuat, yang mungkin terdengar seperti suara “klakson”. Berikut gejala lain bisa termasuk:

  • Bersin
  • Hidung berair
  • Mata berair
  • Demam
  • Hilang nafsu makan
  • Letargia

5. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini dapat menular ke manusia dan hewan lain, termasuk anjing. Leptospirosis paling sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis, dan lebih sering terjadi pada musim hujan.

Bakteri Leptospira dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan urin atau darah hewan yang terinfeksi, Mengkonsumsi makanan terkontaminasi, gigitan atau cakaran hewan terinfeksi. Tikus adalah salah satu pembawa utama Leptospirosis. Jaga kebersihan kandang, tempat makan dan minum, serta lingkungan anjing.

Gejala:

Gejala Leptospirosis pada anjing dapat bervariasi, dan beberapa anjing mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala yang umum termasuk:

  • Demam: Demam tinggi adalah salah satu gejala paling umum dari Leptospirosis.
  • Kelemahan: Anjing mungkin terlihat lemas, lesu, dan tidak mau beraktivitas.
  • Nyeri otot: Anjing mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri otot, seperti kesulitan berjalan atau menaiki tangga.
  • Muntah dan diare: Leptospirosis dapat menyebabkan muntah dan diare, yang dapat menyebabkan dehidrasi.
  • Gagal ginjal: Dalam kasus yang parah, Leptospirosis dapat menyebabkan gagal ginjal, yang dapat berakibat fatal

6. Hepatitis 

Hepatitis pada anjing adalah peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti virus, bakteri, parasit, obat-obatan, dan toksin. Hati merupakan organ vital yang berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme, detoksifikasi, dan produksi protein. Ketika hati mengalami peradangan, fungsinya dapat terganggu dan berakibat serius bagi kesehatan anjing.

Hepatitis virus pada anjing adalah salah satu penyebab paling umum, dengan Canine Adenovirus Type 1 (CAV-1) sebagai penyebab utama. Virus ini sangat menular dan dapat menyerang anjing di segala usia, namun lebih sering terjadi pada anak anjing dan anjing muda.

Beberapa jenis bakteri, seperti Leptospira dan Salmonella, juga dapat menyebabkan hepatitis pada anjing. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.

Gejala 

Gejala hepatitis pada anjing dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakitnya. Berikut beberapa gejala yang umum terjadi:

  • Demam
  • Lethargy
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Muntah
  • Diare
  • Nyeri perut
  • Ikterus (penyakit kuning)
  • Urine berwarna gelap
  • Feses berwarna pucat
  • Pembesaran perut

Penyakit menular pada anjing sangat berbahaya dan bahkan mematikan jika tidak ditangani dengan baik. Pencegahan melalui vaksinasi dan menjaga kebersihan adalah langkah utama yang bisa diambil pemilik anjing untuk melindungi hewan peliharaan mereka. 

Jika Anda tidak ingin anjing terkena penyakit menular, lakukan vaksinasi secara rutin. Pet Care menyediakan layanan vaksinasi yang siap datang ke rumah. Tenaga medis dari Pet Care bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Sekarang vaksinasi bisa dilakukan dimana saja tanpa ribet.

Setelah vaksin jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan dokter hewan terdekat melalui layanan call center Pet Care. Dokter hewan terdekat dari lokasi Anda akan langsung datang ke rumah. 

Pet Care memberikan layanan home service yang mudah dan terpercaya. Pemesanan pun mudah dilakukan tanpa perlu repot membawa hewan peliharaan ke luar rumah. 

Jadi, jangan ragu hubungi kami.

Cat in Litter Box

Kucing Susah Buang Air Besar? Yuk Atasi Dengan Mudah

Kucing susah buang air besar atau sembelit adalah masalah umum yang sering membuat pemilik kucing khawatir. Kondisi ini bisa menyebabkan kucing merasa tidak nyaman dan bahkan sakit jika tidak segera diatasi. 

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan penting untuk segera diatasi agar tidak menimbulkan komplikasi kesehatan yang serius. Bagi pemilik yang merasa kebingungan mengatasi hal ini? Yuk, simak artikel ini!

Penyebab Kucing Susah Buang Air Besar

Kucing susah buang air besar, atau sembelit, bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti dehidrasi, kekurangan serat, gumpalan rambut, perubahan pola makan, stres, penyakit pencernaan, obat-obatan, dan penyebab lain seperti obesitas, penyumbatan usus, dan tumor.

Penting untuk mengamati gejala seperti frekuensi BAB, tekstur feses, nafsu makan, dan tanda-tanda nyeri perut. Ada berbagai penyebab yang dapat membuat kucing mengalami kesulitan buang air besar, termasuk:

  • Dehidrasi: Kurangnya asupan air dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
  • Diet yang Tidak Tepat: Makanan yang rendah serat atau perubahan mendadak dalam diet kucing bisa menjadi pemicu sembelit.
  • Bola Rambut: Kucing yang sering menjilat bulu mereka bisa menelan banyak rambut yang kemudian membentuk bola rambut di dalam perut, menghambat pencernaan.
  • Kurangnya Aktivitas Fisik: Kucing yang kurang bergerak cenderung mengalami masalah pencernaan, termasuk sembelit.
  • Penyakit Medis: Beberapa kondisi medis seperti masalah tulang belakang, gangguan tiroid, atau penyakit ginjal juga dapat menyebabkan sembelit.

Gejala Kucing Susah Buang Air Besar

Gejala utama kucing susah buang air besar (sembelit) adalah kurangnya frekuensi buang air besar. Kucing yang sembelit biasanya buang air besar lebih jarang dari biasanya, bahkan mungkin tidak buang air besar selama beberapa hari. Selain itu, kucing yang sembelit mungkin mengejan keras saat mencoba buang air besar, namun hanya mengeluarkan sedikit feses. Fesesnya pun biasanya keras, kering, dan kecil.

Kucing yang sembelit juga bisa kehilangan nafsu makan dan terlihat lemas. Dalam beberapa kasus, kucing yang sembelit mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri perut, seperti mengeong kesakitan saat disentuh di perut.

Mengidentifikasi gejala sembelit pada kucing sangat penting agar bisa segera diambil tindakan. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Mencoba Buang Air Besar Sering Tanpa Hasil: Kucing terlihat sering berada di kotak pasir, tetapi tidak menghasilkan feses.  Kucing mungkin mengejan keras saat mencoba buang air besar, namun hanya mengeluarkan sedikit feses. Kucing yang sembelit, biasanya buang air besar lebih jarang dari biasanya. 
  • Tinja Kecil dan Keras: Jika ada feses, biasanya berbentuk kecil, keras, dan kering. Feses kucing yang sembelit biasanya keras, kering, dan kecil.
  • Kehilangan Nafsu Makan: Kucing mungkin menjadi kurang berminat pada makanan.
  • Lesu: Kucing tampak lesu dan kurang berenergi.
  • Perut Kembung: Kucing yang sembelit mungkin menunjukkan tanda-tanda nyeri perut, seperti mengeong kesakitan saat disentuh di perut. 

Solusi Cepat Mengatasi Kucing Susah Buang Air Besar

Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu kucing yang mengalami sembelit:

  • Meningkatkan Asupan Air: Pastikan kucing minum cukup air. Tambahkan air ke dalam makanan kucing atau menyediakan air mancur khusus kucing untuk mendorong mereka minum lebih banyak.
  • Mengubah Pola Makan: Berikan makanan yang mengandung lebih banyak serat. Selain itu, bisa menambahkan sedikit labu kalengan (tanpa bumbu) ke dalam makanan mereka.
  • Olahraga Rutin: Ajak kucing bermain secara rutin untuk meningkatkan aktivitas fisik mereka.
  • Penggunaan Pencahar atau Suplemen: Dengan persetujuan dokter hewan, pemilik bisa memberikan pencahar atau suplemen serat untuk membantu melancarkan pencernaan.
  • Menyikat Bulu Secara Rutin: Untuk mengurangi jumlah rambut yang tertelan, sikat bulu kucing secara rutin, terutama bagi kucing berbulu panjang.

Kapan Harus Menghubungi Dokter Hewan

Sembelit pada kucing adalah masalah yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan serius jika tidak ditangani dengan tepat. Jika langkah-langkah di atas tidak memberikan hasil atau menunjukkan tanda-tanda sakit parah seperti muntah, perut sangat kembung, atau tidak buang air besar sama sekali selama beberapa hari, segera hubungi  dokter hewan terdekat dengan menghubungi layanan call center Pet care. 

Layanan home visit ini memberikan kenyaman bagi pemilik dan hewan kesayangan ketika ingin berkonsultasi atau perawatan di rumah saja. Penanganan medis yang tepat dapat membantu mengatasi sembelit.

Jadi, jangan ragu hubungi kami untuk perawatan kucing dan anjing dari rumah..