Category: HEALTH

mewarnai bulu hewan

Bahaya Mewarnai Bulu Hewan Peliharaan Menurut Dokter

Tampilan hewan peliharaan dengan bulu warna-warni memang terlihat lucu dan menggemaskan. Namun, tahukah kamu jika mewarnai bulu hewan peliharaan dapat membahayakan kesehatan mereka?

Dokter hewan dan ahli toksikologi, Justine A. Lee mengatakan bahwa produk pewarna bulu mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan hewan. Penggunaan pewarna bulu dapat mengganggu metabolisme hati karena tidak mampu mengurai obat dan bahan kimia tertentu dengan baik.

Metabolisme hati hewan peliharaan seperti kucing tergolong unik. Produk rumah tangga deterjen pakaian saja dapat memberikan efek korosif dan beracun bagi kucing. Wag Walking juga mengungkap pewarna bulu juga dapat menyebabkan iritasi kulit yang menyebabkan rasa gatal dan sensasi terbakar pada kulit.

Beberapa pemilik hewan tetap menginginkan untuk mewarnai bulu hewan peliharaan, agar terlihat lucu dan menggemaskan. Dokter Justine menyarankan untuk menggunakan pewarna yang aman jika tetap ingin mewarnai bulu hewan peliharaan.

“Produk apa pun yang Anda gunakan pada kucing, pastikan produk tersebut bebas gula dan tidak mengandung xylitol,” kata Justine dilansir melalui Pet Health Network.

Dokter Justine menambahkan, produk pewarna bulu alami juga tidak selalu aman dipergunakan untuk hewan peliharaan. Seperti bahan alami minyak esensial, bahan ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, luka bakar korosif, hingga gagal fungsi hati.

Sebuah studi dokter hewan menemukan bahwa anjing yang menelan pewarna rambut alami berbahan pacar mengalami keracunan parah hingga anemia yang berakibat kematian. Sehingga, bahan alami sekalipun bukan berarti aman untuk digunakan sebagai pewarna bulu hewan peliharaan.

Waspada Reaksi Pewarna Bulu Hewan

Jika Anda ingin mewarnai bulu hewan peliharaan, konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter hewan. Konsultasi seperti ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care dengan menghubungi call center Pet Care. Kemudian pantau selalu kemunculan gejala-gejala klinis dari reaksi pewarna bulu, seperti:

  • Mulut berbusa
  • Mengiler berlebihan
  • Tidak nafsu makan
  • Lesu
  • Kemerahan pada kulit
  • Gatal-gatal
  • Muntah
  • Diare
  • Sulit bernapas

Pertolongan pertama ketika Anda menemukan tanda-tanda tersebut adalah segera bersihkan sisa-sisa pewarna bulu yang masih menempel. Jika gejala tidak kunjung membaik, segera hubungi dokter hewan terdekat untuk memperoleh pertolongan lebih lanjut.

kucing mandi

Sebenarnya, Kucing Itu Perlu Mandi Nggak Sih?

Pada dasarnya kucing punya kebiasaan untuk self grooming atau memandikan dirinya sendiri, dengan cara menjilati bulu-bulu dan bagian tubuh lain. Bila kucing punya kebiasaan seperti ini, apakah kita sebagai pemilik hewan masih perlu untuk memandikannya? Banyak dari pemilik hewan yang rajin memandikan atau membawa kucing peliharaan mereka ke vet untuk grooming. Lalu kebiasaan memandikan kucing itu baik atau buruk ya? Mari simak penjelasannya berikut ini.

Sebenarnya kucing itu tidak butuh dimandikan, kata dokter hewan Maulana Ar Raniri Putra (ArRan) ketika memberikan edukasi seputar kesehatan kucing melalui laman media sosial Tiktok. Hal ini dikarenakan kucing itu sendiri memiliki lidah yang dilengkapi dengan duri-duri kecil halus. Dokter ArRan menjelaskan bahwa fungsi dari lidah kucing yakni sebagai alat untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada bulu. 

Namun pada kondisi tertentu kucing perlu dimandikan. Seperti pada kucing yang terjangkit ektoparasit atau parasit yang hidup di bagian luar tubuh inangnya. Ektoparasit yang umum dijumpai hidup pada bulu-bulu kucing yakni kutu, tungau, dan pinjal. Keberadaan ektoparasit ini dapat mengganggu kesehatan kulit kucing, sehingga membutuhkan bantuan untuk dibersihkan dengan cara memandikannya. 

Selain ektoparasit, kotoran yang sangat lekat pada bulu kucing dan sulit untuk dibersihkan juga perlu ditangani dengan cara memandikan mereka. Tetapi ada pula kucing dengan karakter malas untuk self grooming sehingga keadaan bulunya cenderung lebih kotor. Biasanya terjadi pada kucing obesitas atau kelebihan berat badan dan pada kucing senior atau berusia lanjut. 

Jika masih perlu untuk dimandikan, bagaimana menentukan jadwal mandi kucing?

Tidak ada jawaban pasti untuk menentukan jadwal mandi kucing. Jadwal mandi ditentukan dari ras kucing dan kondisi kesehatannya. Kucing ras berbulu panjang membutuhkan mandi lebih sering, dibandingkan dengan kucing ras berbulu pendek. Jika Anda membutuhkan layanan grooming kucing, Anda dapat menguhubungi call center atau melalui social media Pet Care.

Pertimbangan kesehatan kucing sebelum memandikannya juga penting. Terlalu sering memandikan kucing bahkan hingga lebih dari satu kali dalam satu minggu, dapat menyebabkan kulit mereka jauh lebih kering. Selain itu, terlalu sering mandi juga dapat menjadi penyebab stres pada kucing.

Dokter ArRan menegaskan bahwa yang paling dibutuhkan oleh kucing bukan perihal mandi saja. Rutin menyikat dan menyisir bulu kucing lebih penting karena bulu-bulu rontok yang sudah seharusnya gugur perlu dibersihkan. Menyisir bulu kucing dengan rutin juga dapat mengurangi kerontokan bulu dan meningkatkan kesehatan kulit, sehingga terhindar dari parasit.

jangan berikan tulang ayam pada anjing dan kucing

Jangan Berikan Tulang Ayam Pada Anjing dan Kucing!

Tontonan anak-anak kerap menunjukkan adegan anjing dan kucing sedang memakan tulang dengan lahap. Padahal tulang ayam maupun ikan bukanlah makanan ideal untuk anak bulu. Selain tulang ayam, terdapat beberapa makanan lain yang sebaiknya tidak diberikan pada anjing dan kucing karena dapat membahayakan kesehatan mereka.

Dokter hewan Novi Wulandari mengatakan bahwa, “Tulang ayam, khususnya untuk anjing, saat digigit hancur dan serpihannya tajam bisa merobek tenggorokan”. Walaupun seripihan tulang yang telah dikunyah dapat melewati saluran pencernaan dan masuk ke lambung, ada kemungkinan serpihan-serpihan tajam tersebut melukai lambung. Ketika lambing terluka, kemungkinan luka menjadi lebih parah kemudian meradang bisa saja terjadi.

Jika Anda tidak berniat memberikan tulang sebagai makanan tetapi hanya untuk mainan anak bulu, sebaiknya ganti dengan mainan khusus anjing dan kucing. Sehingga ketika anak bulu menggigit atau menggerogotinya tidak akan membahayakan, karena telah didesain sebagai mainan khusus anjing dan kucing.

Selain tulang, cokelat juga tidak disarankan untuk anjing dan kucing.

Cokelat mengandung zat yang dapat meninggalkan residu pada tubuh anjing dan kucing. Ketika residu dari zat tersebut perlahan menumpuk, efeknya anak bulu menjadi sakit. Bahkan konsumsi cokelat pada anak bulu juga dapat menyebabkan kematian. Maka sangat tidak disarankan untuk memberikan makanan yang mengandung cokelat pada mereka. Sama halnya seperti cokelat, bawang juga tergolong jenis makanan yang dapat membahayakan kesehatan anak bulu.

Berikan makanan sesuai kebutuhan nutrisi anjing dan kucing.

Makanan yang paling ideal untuk diberikan pada anjing dan kucing adalah makanan khusus yang memang diperuntukan sebagai makanan hewan. Juga telah disesuaikan porsinya dengan berat badan anak bulu. Ketentuan porsi biasanya sudah tertera pada kemasan makanan.

Walaupun beberapa anak bulu lahap ketika diberikan makanan manusia seperti nasi, sebaiknya tidak diberikan jika bukan dalam kondisi yang amat sangat mendesak. Pasalnya nasi bukan santapan ideal anjing dan kucing karena komponen nutrisi yang dibutuhkan hewan berbeda dengan manusia.

Pada manusia, karbohidrat menjadi salah satu sumber energi utama tubuh. Sedangkan anjing dan kucing, sumber energi utama tubuh mereka diperoleh melalui makanan yang mengandung protein tinggi. Dokter Novi juga mengatakan bahwa, manusia tergolong omnivora, kucing karnivora, dan anjing berada diantaranya yaitu semi omnivora.

Berbagai jenis makanan telah tersedia dengan perbedaan formula yang dapat disesuaikan dengan ras anjing atau kucing yang Anda pelihara. Selain menyesuaikan formula makanan, tidak lupa untuk memberikan anak bulu makanan secara rutin sesuai jadawal yang telah ditentukan. Porsi makanan juga harus disesuaikan dengan usia anak bulu agar nutrisi harian mereka terpenuhi

Meminimalisir Efek Samping Vaksin

Cara Meminimalisir Efek Samping Vaksin Anjing dan Kucing

Anjing dan kucing umumnya akan merasakan efek samping setelah mendapat suntikan vaksin. Reaksi tubuh terhadap vaksin ini dapat terjadi selama satu sampai dua hari disertai dengan timbulnya gejala ringan. Namun pada sedikit kasus, efek samping dapat terjadi selama lebih dari dua hari dengan gejala berat. Ketika gejala berat terindentifikasi dialami oleh anjing dan kucing pasca vaksin, disarankan untuk segera mencari pertolongan dokter hewan untuk memperoleh penanganan lebih lanjut.

Beberapa dari pemilik hewan khawatir dan merasa kasihan bila hewan peliharaannya merasakan efek samping vaksin. Anjing dan kucing terlihat lesu, merasakan demam, gejala flu, dan bengkak diarea suntikan. Sebenarnya efek samping vaksin tidak dapat dihilangkan, namun dapat diringankan. Pet Care telah merangkumkan cara meminimalisir efek samping vaksin anjing dan kucing.

Tidak Menyuntikkan Beberapa Vaksin Secara Bersamaan

Terdapat beberapa jenis vaksin yang harus diberikan pada anjing dan kucing untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Sehingga ketika virus penyakit berbahaya masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh mereka mampu melawannya secara alami. Untuk meminimalisir efek samping pasca vaksin, sebaiknya tidak menyuntikkan beberapa jenis vaksin pada waktu yang sama. Buatlah janji dengan dokter hewan dengan jarak waktu yang disesuaikan antara suntikan vaksin pertama dan suntikan vaksin selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi efek samping berkali lipat.

Konsultasi Sebelum Vaksin

Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter hewan jika sebelumnya hewan peliharaan Anda pernah mengalami efek samping vaksin, ringan maupun berat. Setelah konsultasi, dokter hewan akan menyesuaikan pemberian vaksin dengan kondisi kesehatan hewan. Setelah vaksin disuntikkan sebaiknya tunggu sekitar 30 sampai 60 menit untuk mengantisipasi reaksi serius dari vaksin. Terus pantau hewan dan hubungi dokter hewan jika terdapat masalah pasca vaksin.

Pengobatan Konvensional

Meringankan gejala vaksin dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan konvensional. Pengobatan ini memerlukan resep khusus dari dokter hewan karena memerlukan evaluasi dan dilakukan secara hati-hati. Namun cara ini hanya dapat dilakukan ketika efek samping vaksin sudah sangat mengganggu. Tidak hanya fisik, tetapi juga menimbulkan gejala mental dan emosional.

Tindakan vaksin, pengobatan dan konsultasi pasca vaksin dapat dilakukan melalui layanan vaksinasi dan layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care. Tidak perlu khawatir karena tenaga medis dari Pet Care telah bersertifikat lengkap dan berpengalaman. Layanan dokter hewan Pet Care dapat Anda peroleh dengan cara menghubungi Call Center untuk kemudian dihubungkan dengan dokter hewan terdekat. Tidak perlu keluar rumah, layanan dokter hewan dari Pet Care dapat dilakukan langsung di rumah atau lokasi Anda.

efek samping vaksin

Efek Samping Vaksin Anjing dan Kucing yang Harus Diketahui

Pada praktik kedokteran hewan, akan selalu ada tingkat risiko dari segala jenis prosedur medis yang dilakukan. Termasuk didalamnya adalah tindakan vaksinasi. Akantetapi jika dibandingkan dengan risikonya, manfaat dari vaksin jauh lebih besar. Vaksin mampu menjaga hewan peliharaan seperti anjing dan kucing dari penularan penyakit berbahaya yang dapat mengancam kesehatan jangka panjang.

Melansir laman Raintree Veterinary Center, dari 10.000 kucing yang telah divaksin 1-10 diantaranya dapat mengalami efek samping serius dan dari 10.000 anjing yang telah divaksin 13 diantaranya dapat mengalami efek samping serius. Artinya, 9.990-9.999 kucing dan 9.987 anjing diantara 10.000 kucing dan anjing tersebut mampu melalui efek samping tanpa masalah serius.

Pada dasarnya, efek samping dari vaksin anjing dan kucing digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu efek samping ringan dan efek samping berat. Efek samping ringan yakni efek samping yang umum terjadi dan dapat dirasakan oleh setiap anjing dan kucing setelah melaksanakan kegiatan vaksin. Sedangkan efek samping berat yakni efek samping yang tidak umum dan jarang terjadi. Dimana efek samping ini terjadi pada skala lebih berat atau terjadi dalam kurun waktu yang lebih lama, diatas 48 jam sejak vaksin disuntikkan.

Efek Samping Ringan Pasca Vaksin

Lesu & Demam Ringan

Rasa tidak nyaman, lesu, disertai dengan demam ringan merupakan efek samping paling umum yang dapat dirasakan hewan peliharaan setelah divaksin. Ciri dari hewan peliharaan yang mengalami efek samping ini yakni mereka tidak bertingkah seperti biasanya dan lesu sebagai ciri yang terlihat. Efek samping seperti ini dapat terjadi selama satu sampai dua hari. Namun jika hewan peliharaan tidak kembali normal setelah dua hari dan tetap terlihat lesu, sebaiknya periksakan segera ke dokter hewan terdekat.

Bengkak Lokal

Bengkak disekitar area suntikan termasuk ke dalam reaksi dari vaksin yang umum terjadi. Kadangkala, bengkak muncul dengan bentuk benjolan kecil yang mengeras tepat di bekas suntikan. Namun pemilik hewan perlu memastikan agar benjolan tersebut tidak semakin membesar hingga menunjukkan tanda-tanda peradangan, seperti infeksi atau mengeluarkan cairan. Benjolan ini juga seharusnya tidak menimbulkan rasa sakit dan akan berangsur-angsur menghilang selama satu minggu ke depan. Jika benjolan tersebut menunjukkan tanda-tanda infeksi dan tidak hilang setelah satu minggu, segeralah hubungi dokter hewan terdekat.

Bersin-Bersin Disertai Gejala Flu

Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan, namun ada pula vaksin yang diberikan melalui tetesan atau semprotan ke hidung atau mata hewan peliharaan. Efek samping dari vaksin jenis ini serupa dengan gejala flu seperti pilek, batuk, dan bersin. Anjing dan kucing dengan efek samping ringan dapat sembuh dan pulih kembali setelah satu atau dua hari. Akantetapi jika hewan peliharaan tidak pulih selama berhari-hari, bahkan gejala yang dialami semakin parah maka hubungi dokter hewan terdekat sesegera mungkin.

Efek Samping Berat Pasca Vaksin

Efek samping ini terlihat pada 48 jam setelah vaksin diberikan. Tanda-tanda dari efek samping berat pada anjing dan kucing diantaranya yaitu pembengkakan wajah, muntah, gatal-gatal, diare, dan kesulitan bernapas.

Anafilaksis jadi efek samping paling berat yang dapat terjadi pada anak anjing dan kucing setelah vaksin. Efek samping anafilaksis dapat terjadi sesaat setelah vaksin disuntikan, namun dapat juga terjadi setelah 48 vaksin disuntikan. Anafilaksis sendiri merupakan reaksi alergi yang parah dan berpotensi mengancam jiwa. Gejala ini tergolong darurat dan harus segera memperoleh penanganan dokter hewan.

mengenali kucing sakit

Kucing Pandai Sembunyikan Rasa Sakit, Lalu Bagaimana Cara Mengenali Kucing yang Sedang Sakit?

Secara alami, kucing memiliki kemampuan untuk menyembunyikan rasa sakit dengan sangat baik. Kemampuan ini muncul sebagai bentuk perlindungan diri. Kucing dikenal sebagai hewan pemburu dan pemangsa yang hebat, namun kucing juga merupakan mangsa dari hewan besar lainnya. Kebiasaan menyembunyikan rasa sakit dilakukan oleh kucing agar tidak terlihat lemah dihadapan pemangsa yakni hewan-hewan bertubuh besar.

Hal tersebut yang mengakibatkan para pemilik hewan tidak jarang mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi penyakit pada kucing peliharaannya. Meskipun kucing tidak menunjukan rasa sakit yang dideritanya, kucing sakit tetap memiliki ciri khusus yang dapat dikenali. Ketika berbagai gejala dibawah ini muncul segera periksakan kucing ke dokter hewan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

Cara Mengenali Kucing Sakit

Berikut beberapa cara mengenali kucing sakit dilansir melalui laman Pet MD.

1. Perubahan Porsi Makan

Gejala kucing sakit dapat diidentifikasi jika secara tiba-tiba mereka merubah porsi makan, entah itu menjadi lebih banyak, lebih sedikit, atau tidak makan sama sekali. Peningkatan nafsu makan secara drastis dapat disebabkan oleh adanya parasit pada usus, hipertiroidisme, diabetes, dan penyakit saluran cerna lain yang mengakibatkan penyerapan nutrisi tidak berjalan dengan baik. Sedangkan, penurunan nafsu makan terjadi akibat rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh kucing, seperti mual, demam, dan nyeri mulut.

2. Minum Lebih Banyak dari Biasanya

Minum secara berlebihan merupakan tanda dari tingkat rasa haus berlebihan yang dirasakan oleh kucing. Kehausan merupakan gejala dari penyakit diabetes, ginjal, hipertiroidisme, peningkatan kalsium, atau penyakit endokrin. Namun kehausan juga dapat terjadi jika kucing sedang menjalani pengobatan tertentu yang berkaitan dengan urin.

3. Mengeong Lebih Sering

Memang benar terdapat kucing yang memiliki kebiasaan mengeong lebih sering atau dikenal dengan kucing cerewet. Namun, sebagai pemilik pastinya Anda mampu menyadari kucing yang mengeong normal seperti hari-hari biasa, dengan kucing yang mengeong lebih sering seakan-akan sedang memberikan sinyal untuk mengomunikasikan rasa sakit di dalam tubuhnya. Frekuensi mengeong juga dapat berubah seiring dengan pertambahan usia kucing. Semakin bertambahnya usia, kucing dapat mengalami disfungsi kognitif atau kepikunan. Hal ini yang menyebabkan kucing semakin cerewet ketika menua.

3. Buang Air di Luar Kotak Pasir

Ketika kucing yang terbiasa buang air di dalam kotak pasir tidak lagi mau untuk buang air di dalam kotak secara tiba-tiba, dapat menjadi pertanda adanya anomali di dalam tubuh mereka. Kucing berhenti menggunakan kotak pasirnya untuk buang air dan menganggap ketika buang air di dalam kotak pasir timbul rasa sakit. Sehingga, kucing mengasosiasikan rasa sakit yang mereka rasakan timbul akibat dari penggunaan kotak pasir. Hal ini berkaitan dengan penyakit infeksi kandung kemih, gastrointestinal, diare, sembeli, atau nyeri sendi.

4. Muntah dan Diare

Muntah dan diare merupakan tanda kucing sedang sakit yang paling mudah dikenali. Umumnya, muntah dan diare terjadi akibat adanya obstruksi gastrointesnial atau keberadaan benda asing, parasit usus, sensitivitas makanan, intoleransi atau alergi, penyakit ginjal dan pankreas, radang usus, infeksi bakter, racun, kanker, dan sembelit. Beragamnya penyakit dengan gejala muntah dan diare memerlukan pemeriksaan khusus oleh tenaga ahli untuk memastikan penyakit apa yang diderita kucing.

Beberapa tanda lain yang dapat dikenali sebagai ciri dari kucing sakit adalah overgrooming atau berlebihan ketika mandi dengan menjilati tubuh, hingga muncul botak pada area tertentu. Munculnya bau mulut, perubahan mood atau suasana hati secara tiba-tiba, perubahan tingkat energi (lesu atau hyperactive), penurunan berat badan, perubahan ukuran pupil mata, pernapasan terganggu, muncul kotoran berlebih pada mata dan telinga, hingga sering bersembunyi juga menjadi ciri dari kucing yang sakit. Segera hubungi dokter hewan terdekat apabila menemukan salah satu ciri tersebut pada kucing kesayangan Anda.

Parasit Kucing dan Anjing

4 Tipe Parasit Kucing dan Anjing

Sebagai pemilik hewan penting bagi kita untuk lebih peduli dan lebih memperhatikan kesehatan hewan peliharaan, terutama seputar parasit. Makhluk hidup satu ini dapat menganggu kesehatan hewan peliharaan secara keseluruhan. Parasit dapat hidup dan mengganggu kesehatan saluran pencernaan, jantuh, serta organ tubuh hewan lainnya.

Pencegahan parasit pada kucing dan anjing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care. Penularan parasit pada kucing dan anjing dapat terjadi tanpa kita sadari. Parasit tidak hanya ditularkan dari hewan ke hewan, tapi juga dapat terjadi penularan antara hewan dan manusia seperti pada parasit Zoonosis. Berikut ini adalah 4 tipe parasit zoonosis yang umum ditemukan pada kucing dan anjing, beserta tips untuk mencegahannya.

1. Cacing Pita

Cacing pita dapat menginfeksi manusia yang menyentuh kucing maupun anjing yang memiliki kutu. Hal ini karena siklus hidup cacing pita harus menjadi kutu sebelum berubah menjadi parasit berupa cacing. Jika manusia menyentuh hewan dengan kutu dari cacing pita kemudian makan tanpa mencuci tangan, maka kemungkinan terinfeksi sangat besar. Anak kecil yang sedang berada pada tahap sering memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya, menjadi pihak yang memiliki risiko paling tinggi untuk terinfeksi cacing pita.

2. Cacing Gelang

Cacing gelang hidup pada usus kucing, anjing, dan berbagai spesies satwa liar. Telur dari cacing gelang sangat kuat hingga mampu bertahan dari sinar matahari dan suhu dingin selama bertahun-tahun di dalam tanah. Telur cacing gelang akan terus bertahan dalam jangka waktu yang lama sampai menemukan manusia atau hewan untuk diinfeksi. Ketika seseorang menelan telur cacing gelang akibat dari memegang hewan peliharaan atau tanah yang terkontaminasi tanpa mencuci tangan, telur itu akan menetas di dalam usus manusia. Kemungkinan terburuk dari hidupnya cacing pita di dalam usus adalah kista.

3. Toxoplasma

Toxoplasma merupakan parasit usus yang umumnya ditemukan pada kucing. Penyebaran toxoplasma terjadi melalui media tanah yang terkontaminasi dengan daging atau kotoran hewan-hewan yang hidup di tanah. Kebersihan kotak pasir media buang air hewan peliharaan sangat perlu dijaga, untuk menghindari parasit jenis ini hidup. Manusia juga dapat tertular parasit toxoplasma karena melakukan kontak langsung dengan hewan peliharaan dan kemudian makan tanpa mencuci tangan. Seseorang yang terinfeksi parasit jenis ini akan mengalami gejala nyeri otot dan gejala-gejala lain serupa dengan gejala flu. Kemungkinan buruk dari infeksi parasit toxoplasma pada manusia adalah kerusakan otak. Hal ini terjadi melalui penularan parasit pada bayi melalui ibunya ketika hamil.

4. Cacing Tambang

Cacing tambang hidup pada usus kucing dan anjing. Penularan cacing tambang terjadi ketika mereka menyentuh tanah yang telah terkontaminasi tinja. Ketika bersentuhan, larva akan mendiami kulit dan menyebabkan rasa gatal disertai infeksi. Jika seseorang mengucek-ucek bagian mata dengan tangan kotor yang teinfeksi cacing tambang, larva dapat berpindah ke mata.

Disinilah pentingnya untuk selalu menjaga kebersihan tangan, baik itu sebelum maupun sesudah bermain dengan hewan peliharaan. Tidak hanya itu, kebersihan hewan peliharaan beserta tempat tinggalnya juga perlu dijaga demi kebaikan semua pihak. Pencegahan parasit pada kucing dan anjing dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

FLUTD Pada Kucing

Hati-Hati FLUTD Pada Kucing, Sulit Buang Air Kecil Jadi Gejalanya!

FLUTD atau Feline Lower Urinary Tract Disease merupakan gangguan kesehatan kucing yang berkaitan dengan kondisi pada kandung kemih dan uretra. Infeksi pada saluran kemih kucing dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan juga virus.

Kucing yang mengalami kondisi ini umumnya akan menunjukkan tanda-tanda seperti sulit buang air kecil dan timbul rasa sakit ketika buang air kecil. Tidak hanya itu, frekuensi buang air kecil juga mengalami peningkatan. Kadangkala kemunculan darah pada urin dapat saja terjadi.

American Veterinary Medical Association menambahkan beberapa kebiasaan yang dilakukan oleh kucing dengan FLUTD. Seperti berlebihan ketika menjilati tubuhnya (overgrooming) dan buang air di luar kotak kotorannya. Kondisi seperti ini dapat terjadi pada kucing di berbagai usia. Sehingga para pemilik hewan perlu lebih waspada dan memperhatikan gaya hidup kucing. Jangan sampai mereka mengalami kelebihan berat badan, stres, atau berada pada lingkungan yang kotor.

Gejala Sulit Buang Air Kecil Pada Kucing
  • Mengejan ketika buang air kecil
  • Volume urin ketika buang air kecil sedikit
  • Terlalu sering buang air kecil
  • Menangis atau terlihat menahan rasa sakit ketika buang air kecil
  • Menjilati area genital secara berlebihan
  • Buang air kecil di luar kotak pasir
  • Terdapat darah dalam urin
Diagnosis FLUTD

Penyakit ini memiliki banyak penyebab, sehingga sulit untuk mendiagnosisnya. Melalui catatan gejala-gejala yang timbul pada kucing, dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik. Mulai dari pemeriksaan urinalisis untuk menilai kadar pH urin, konsentrasi urin, dan mendeteksi ada atau tidaknya kristal, pendarahan, pendarahan, hingga infeksi dalam urin.

Jika penyebab belum juga ditemukan setelah dilakukannya rangkaian pemeriksaan tersebut, maka dokter hewan akan melakukan tes lain seperti kultur urin, rontgen, pemeriksaan darah, dan tes urin tambahan. Upaya pemeriksaan dan diagnosis ini dapat dilakukan melalui layanan dokter hewan terdekat dari Pet Care, dengan menghubungi Call Center atau melalui Social Media Pet Care.

Pengobatan kucing dengan FLUTD menurut Pet MD disesuaikan dengan diagnosis dokter sebelumnya. Kemudian disandingkan dengan beberapa perawatan umum, seperti meningkatkan konsumsi air, mengubah jenis makanan dari dry food atau makanan kering ke wet food atau makanan basah, dan menjalankan program penurunan berat badan apabila diperlukan. Jika kucing masih melakukan kebiasaan buang air di luar kotak pasirnya, maka berikan beberapa pilihan kotak pasir dan selalu arahkan kucing untuk buang air di tempat yang seharusnya.

distemper anjing

Kenali 2 Tahap Gejala Distemper Anjing

Distemper atau Canine Distemper merupakan salah satu penyakit serius yang dapat menyerang anjing. Penularan penyakit ini terjadi melalui kontak langsung dengan hewan atau benda yang terinfeksi virus Canine Distemper, paparan udara, atau melalui plasenta. 

Anjing yang mengidap distemper akan mengalami berbagai macam gejala, tergantung pada seberapa parah tingkatan penyakit ini di dalam tubuh mereka. Ketika terinfeksi, virus distemper akan bereplikasi pada jaringan limfatik saluran pernapasan untuk kemudian berpindah dan menginfeksi jaringan limfatik lainnya.

Namun, dari beragam gejala distemper anjing telah American Kennel Club telah menggolongkannya menjadi dua tahap yaitu gejala tahap satu dan gejala tahap dua. 

Gejala Distemper Anjing Tahap Satu

Gejala awal penyakit ini yaitu keluarnya cairan seperti nanah dari mata yang disertai dengan demam, kehilangan nafsu makan, dan terdapat cairan bening keluar dari hidung. Demam yang dialami oleh anjing selama 3 sampai 6 hari sejak terinfeksi. Selain itu, terdapat juga gejala lain pada tahap satu menurut American Kennel Club diantaranya yaitu:

  • Kotoran mata purulen (pekat dan kental)
  • Lesu
  • Anoreksia (kehilangan nafsu makan)
  • Batuk
  • Muntah
  • Diare
  • Dermatitis pustular 
  • Peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang

Jika anjing yang terinfeksi penyakit ini bertahan hingga tahap akut bersama dengan berbagai gejalanya, memungkinkan perkembangan hiperkeratosis. Ditandai dengan mengeras dan membesarnya bantalan kaki dan hidung anjing.

Risiko lain turut menghantui anjing dengan penyakit ini, yaitu infeksi bakter sekunder yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi bakteri sekunder dapat menimbulkan gejala pernapasan seperti sulit bernafas, perubahan laju pernapasan, dan radang paru-paru.

Gejala Distemper Anjing Tahap Dua

Pada tahap kedua, anjing dengan penyakit ini akan menunjukkan tanda-tanda neurologis yang terganggu akibat perkembangan penyakit. Sehingga, sistem saraf pusat pada tubuh anjing akan mengalami berbagai gejala berikut.

  • Memiringkan kepala
  • Berputar
  • Kelumpuhan pada sebagian atau seluruh tubuh
  • Kejang
  • Nystagmus (gerakan mata berulang)
  • Kedutan otot
  • Peningkatan air liur dan gerakan mengunyah
  • Kematian

Kembali lagi pada tingkat keparahan penyakit, maka tidak semua gejala tersebut dapat muncul. Namun bukan tidak mungkin gejala tersebut juga dapat muncul secara bersamaan. American Veterinary Medical Association mengungkapkan bahwa penyakit ini seringkali berakibat fatal, anjing yang bertahan hidup bersama penyakit ini di dalam tubuh umumnya akan mengalami kerusakan sistem saraf secara permanen dan tidak dapat disembuhkan. 

Pencegahan & Pengobatan Distemper Anjing

Walaupun mengancam keselamatan jiwa, beruntungnya penyakit ini dapat dicegah. Pencegahan utama yang dapat dilakukan oleh para pemilik hewan adalah memberikan anjing rangkaian vaksinasi distemper secara lengkap. Serta tidak melupakan vaksin booster-nya secara rutin tanpa jeda.

Usahakan untuk menjauhkan anjing peliharaan dengan satwa liar yang terinfeksi distemper. Waspada dan selalu berhati-hati dengan kebersihan tempat anjing bermain. Namun, jika sudah terlanjur terjadi distemper pada anjing segeralah mencari bantuan tenaga ahli.

Layanan dokter hewan terdekat dari Pet-Care dapat membantu para pemilik hewan melakukan pemeriksaan, pengobatan, hingga vaksinasi terkait distemper anjing. Layanan ini dengan mudah diperoleh dengan menghubungi Call Center Pet-Care atau melalui media sosial Pet-Care.