Site icon Pet-Care

Waspadai! Ini Penyebab Kucing Cacingan yang Sering Diabaikan

Memiliki kucing sebagai hewan peliharaan memang memberikan kebahagiaan tersendiri. Tingkah lakunya yang menggemaskan seringkali menjadi penghilang stres di tengah kesibukan harian. Namun, di balik kelucuan mereka, ada bahaya kesehatan yang tak boleh diremehkan, salah satunya adalah cacingan. Sayangnya, banyak pemilik kucing yang kurang menyadari penyebab utama kondisi ini, sehingga penanganannya kerap terlambat.

Cacingan pada kucing bukan sekadar gangguan ringan. Jika dibiarkan, infeksi cacing dapat mengganggu pertumbuhan, menyebabkan anemia, bahkan berujung pada kematian. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang berbagai penyebab kucing cacingan yang sering luput dari perhatian, agar anda bisa lebih sigap dalam menjaga kesehatan si manis berbulu.

1. Konsumsi Makanan Mentah yang Terinfeksi Larva

Salah satu penyebab utama kucing cacingan adalah konsumsi makanan mentah, terutama daging dan ikan. Makanan jenis ini rentan mengandung larva cacing seperti Toxocara cati dan Ancylostoma. Saat larva ini tertelan, mereka akan berkembang biak di dalam sistem pencernaan kucing dan memicu infeksi.

Banyak pemilik yang memberi makan kucing dengan hati ayam mentah atau ikan mentah karena dianggap lebih alami. Namun, tanpa proses pemasakan yang tepat, risiko penularan parasit menjadi sangat tinggi.

Solusi terbaik adalah memastikan makanan yang diberikan sudah matang atau berasal dari produk khusus kucing yang telah melalui proses sterilisasi.

2. Kebiasaan Berburu Hewan Kecil

Kucing memiliki naluri berburu yang kuat, terutama bagi kucing yang dibiarkan bermain di luar rumah. Tikus, burung, atau kadal yang ditangkap kucing bisa menjadi sumber infeksi cacing pita (Dipylidium caninum) atau cacing gelang (Toxascaris leonina).

Hewan-hewan liar ini seringkali menjadi inang perantara larva cacing. Ketika kucing memakannya, larva ikut masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak. Hal ini, bisa menjadi penyebab kucing cacingan.

Walaupun sulit menghilangkan naluri berburu ini, pemilik bisa menguranginya dengan membatasi akses kucing ke luar ruangan atau menyediakan mainan berburu dalam ruangan sebagai pengalihan.

3. Penularan dari Induk ke Anak Kucing

Anak kucing bisa terinfeksi cacing sejak dalam kandungan atau melalui air susu induknya. Induk kucing yang tidak mendapat pengobatan cacing dapat menularkan larva melalui plasenta atau selama menyusui.

Ini sebabnya, anak kucing sering mengalami cacingan di usia sangat muda. Gejalanya bisa terlihat dari perut yang buncit, muntah, atau feses yang bercacing.

Pencegahannya tentu dengan memberikan obat cacing secara rutin pada induk kucing, terutama sebelum dan setelah melahirkan.

4. Kontaminasi Lingkungan

Lingkungan yang tidak bersih juga menjadi faktor risiko tinggi. Tanah atau pasir yang terkontaminasi telur cacing bisa menjadi sumber infeksi, terutama jika kucing suka menggali, bermain, atau buang air di tempat terbuka.

Telur cacing dapat bertahan di tanah selama berbulan-bulan. Ketika kucing menjilati kakinya yang kotor setelah bermain, telur cacing bisa ikut tertelan dan menginfeksi tubuhnya.

Membersihkan area bermain kucing secara rutin dan menyediakan kotak pasir yang bersih dapat membantu mencegah penularan ini.

Baca juga: Kucing Anda Sering Cacingan? Simak Cara Mengatasi Kucing Cacingan Berikut Ini! 

5. Gigitan Kutu dan Pembawa Larva

Penyebab kucing cacingan salah satunya karena kutu. Tidak banyak yang tahu bahwa kutu juga bisa menjadi vektor penyebaran cacing pita. Saat kucing menjilati tubuhnya dan tidak sengaja menelan kutu yang terinfeksi larva cacing, maka infeksi pun terjadi.

Infestasi kutu pada kucing bukan hanya menyebabkan gatal, tapi juga bisa membawa penyakit lain seperti bartonellosis dan tentu saja, cacing pita.

Oleh karena itu, pengendalian kutu secara berkala sangat penting, baik melalui obat tetes kutu, shampo antiparasit, maupun penyemprotan lingkungan.

Baca Juga: Kutu pada Kucing Si Parasit Kecil Yang Menyebalkan Bagi Anabul 

6. Kontak dengan Kotoran Kucing Lain

Kucing yang hidup bersama dengan kucing lain berisiko tinggi tertular cacing melalui kontak tidak langsung, misalnya saat berbagi kotak pasir atau menjilati tubuh satu sama lain. Feses kucing yang terinfeksi mengandung telur cacing yang bisa menempel pada alat makan, bulu, atau permukaan lainnya.

Jika satu kucing terinfeksi, sangat besar kemungkinan kucing lain dalam satu rumah juga tertular. Itulah mengapa penting melakukan deworming (pemberian obat cacing) secara massal pada semua hewan peliharaan di rumah.

7. Tidak Pernah Diberi Obat Cacing

Pemberian obat cacing secara rutin adalah langkah preventif yang sangat penting. Sayangnya, banyak pemilik kucing yang tidak melakukannya karena menganggap kucing mereka sehat-sehat saja.

Padahal, infeksi cacing tidak selalu menunjukkan gejala di awal. Larva bisa bersembunyi dalam jaringan tubuh selama berminggu-minggu sebelum akhirnya menyerang sistem pencernaan atau organ vital lainnya.

Dokter hewan biasanya menyarankan pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali, terutama bagi kucing yang aktif di luar ruangan atau tinggal di lingkungan padat.

8. Penularan dari Anjing atau Hewan Lain

Jika memelihara lebih dari satu jenis hewan di rumah, seperti anjing, kelinci, atau musang, risiko penularan cacing antarspesies tetap ada. Meski beberapa jenis cacing spesifik menyerang kucing, tidak menutup kemungkinan ada spesies yang bisa berpindah antarhewan.

Karena itu, pengobatan dan pemeriksaan rutin harus diberikan kepada semua hewan peliharaan, bukan hanya kucing saja. Lingkungan yang bersih dan bebas cacing dimulai dari hewan yang sehat.

9. Faktor Imunitas dan Kesehatan Tubuh

Kucing dengan daya tahan tubuh yang rendah lebih rentan terkena infeksi cacing. Ini termasuk anak kucing, kucing senior, atau kucing yang sedang sakit. Sistem imun yang lemah membuat tubuh kucing kesulitan melawan infeksi larva atau telur cacing.

Nutrisi yang tidak seimbang juga dapat memperburuk kondisi ini. Oleh karena itu, penting memberikan makanan berkualitas, suplemen jika perlu, serta memastikan kucing mendapat cukup air dan istirahat.

Kapan Harus ke Dokter Hewan?

Jika kucing menunjukkan gejala seperti muntah, diare, perut membesar, penurunan berat badan, nafsu makan menurun, atau feses mengandung cacing, segera bawa ke dokter hewan terdekat. Dengan menghubungi call center Pet Care dokter terdekat dari lokasi anda akan datang segera untuk memberikan pelayanan terbaik.

Jangan menunda atau mencoba mengobati sendiri tanpa diagnosis yang tepat. Beberapa jenis cacing memerlukan jenis obat yang berbeda, dan dosisnya pun harus disesuaikan dengan berat badan serta kondisi kesehatan kucing.

Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan Pet Care!

Exit mobile version